PENTINGNYA
PENDIDIKAN ORANG TUA
BAGI
PENDIDIKAN ANAK
Analisis
Pendidikan
anak dalam lingkup orang tua berbeda dengan pendidikan anak di lembaga
pendidikan. Yang dimaksud dengan pendidikan ini adalah dimana orang tua
mengasuh anaknya muai dari berperilaku yang baik, memenuhi kebutuhan anak,
memberikan kasih sayang dan perhatian, membekali anak dengan pendidikan,
memberikan contoh yang baik, mewujudkan minatnya, dan memberikan kesempatan
agar ia berkembang dengan baik dan beradaptasi dengan lingkungan yanhg baik.
Pendidikan
bagi anak merupakan salah satu hal penting yang tidak bisa diabaikan oleh para
orang tua. Karena dengan pendidikanlah anak mampu untuk mengembangkan kemampuan
yang dimiliki. Oleh karena itu sebagai orang tua, berkewajiban untuk memberikan
pendidikan yang terbaik pada anak. Mereka harus pandai-pandai mengatur kegiatan
sehari-hari anaknya. Tapi kebanyakan orang tua saat ini merasa takut gagal
dalam mendidik anak, mereka mengabaikan pendidikan anaknya. Hal ini biasanya
terjadi di desa-desa. Mereka lebih mementingkan kehidupan dari pada pendidikan.
Seperti yang kita ketahui anak-anak yang baru lulus SMP, disuruh berhenti sekolah
oleh orang tuanya dan memilihkan pendamping untuk anaknya. Diantaranya
faktor-faktor yang menyebabkan yaitu:
-
Masalah
ekonomi
-
Tidak
adanya motivasi dari orang tua
-
Kurang
pintarnya orang tua dalam masalah pendidikan, karena tidak pernah masuk dalam
bangku sekolah.
Orang
tua merupakan orang pertama yang menjadi pendidik, bagi anak-anaknya meskipun setelah beranjak usia ± 5 tahun,
nantinya mereka menyekolahkan anaknya di lembaga pendidikan. Bukan berarti
orang tua lepas tangan begitu saja, anak-anak sampai kapanpun memerlukan arahan
dan bimbingan dari orang tua. Karena apabila dilihat dari pentingnya orang tua
bagi anaknya, pendidikan yang terbaik tetap saja terletak pada orang tua.
Kurangnya
kasih sayang, perhatian, pengawasan serta arahan terhadap anak, akan
mengakibatkan anak memiliki kepribadian yang kurang baik. Dalam hal itu bukan
berarti orang tua harus memanjakan anak. Biasanya kemanjaan ini terjadi dalam
sebuah keluarga yang memiliki anak tunggal, anak pertama, anak bungsu, dan anak
laki-laki yang hidup diantara saudara perempuannya dan sebaliknya. Kemanjaan
ini muncul akibat perhatian dan kasih sayang orang tua yang berlebihan.
Akibatnya, anak manja tumbuh sebagai sosok yang egois, selalu bimbang,
berkepribadian lemah, dan tidak mampu menentukan pilihannya sendiri. Ibu karena
ia terbiasa hidup bergantung kepada
orang lain.
Sejak
zaman dahulu orang tua mengharapkan anak bisa menjadi orang. Demikian juga
orang sekarang ini juga masih ingin anaknya menjadi orang yang sukses. Memang
banyak cara dan jalan yang ditempuh orang tua untuk mencapai tujuannya, ada
yang berhasil, ada yang tidak berhasil pula. Sering terlihat bahwa orang tua
mungkin kehilangan keyakinan akan kemampuannya sendiri dalam mendidik, atau
mungkin menganggap bahwa orang lain lebih mampu mendidik anaknya daripada
mendidiknya sendiri. Terlihat gejala-gejala yang ada saat ini yaitu sejak bayi,
anak sudah dipercayakan kepada pengasuh. Bahkan ada yang mengasramakan anaknya
di lembaga pendidikan seperti pondok pesantren.
Banyak
orang tua menjadi orang tua yang tidak tahu apa yang anaknya lakukan untuk
anak-anaknya dan apa perannya sebagai orang tua. Banyak cara mendidik anaknya
seolah-olah anak menjadi kelinci percobaan dalam usaha pendidikan. Akhirnya,
dengan biaya yang cukup, orang tua mengirim anak untuk mengecap pendidikan di
luar negeri. Tapi kadang-kadang pendidikan di luar pendidikan orang tua tideak
selalu menghasilka yang diharapkan orang tua.
Contoh saja: anak yang diasramakan
diharapkan ia belajar dengan baik dengan memperoleh raport yang bagus. Ternyata
anak tersebut pulang dengan hasil naik kelas, tapi dengan akibat sampingan
yaitu perasaan dendam dan tidak hormat kepada orang tua karena sejak kecil
sudah tidak merasakan kasih sayang orang tua. Padahal sesungguhnya orang tua
bekerja keras untuk dapat menyekolahkan dan membiayai pendidikan di asrama.
Tujuan
pendidikan dan cara pendidikan harus bersandar pada kesepakatan orang tua, yang
manakah yang diinginkan dan diutamakan, tentunya orang tua yang bertanggung
jawab agar anaknya mendekati kesempurnaan.
Seorang
anak sangat membutuhkan lingkungan keluarga khususnya orang tua, karena melalui
orang tua lah anak mendapatkan perlindungan agar tidak berakibat mengecewakan
pada perkembangan anak perlu diusahakan lingkungan yang bebas dari keranjauan.
Lingkungan pendidikan bebas dari hal-hal yang kelak bisa menjadi hambatan dalam
perkembangan anak. Sebagai langkah awal, orang tua perlu mencapai kesepakatan
mengenai pendidikan agama dengan menciptakan suasana-suasana yang aman dan
tentram.
Oleh
karena itu, orang tua memiliki peran penting dalam pendidikan anak dengan
memperhatikan berbagai aspek kehidupan. Biasanya beraneka ragam cara yang
dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak misalnya bersikap ketat dan ada
juga yang bersikap tenag dan lembut.
Tapi
dilihat dari kedekatan antara anak dengan orang tua, ibulah yang berperan
penting dalam pendidikan anaknya karena sejak masih dalam kandungan anak sudah
mendapatkan pendidikan, apabila setelah bayi tersebut sudah lahir dan tumbuh dewasa.
Pasti seorang ibulah yang berperan aktif dalam mengasuh dan memperhatikan
anaknya. Beda lagi dengan ayah, dia bertugas untuk mencari nafkah demi
kelangsungan hidup keluarganya. Kalaupun sibuk dengan perannya seorang ayah
juga masih bisa berperan dan berpartisipasi dalam pendidikan anak walaupun
tidak seaktif seorang ibu.
Biasanya
seorang ibu sudah lelah dari pekerjaan rumah tanga setiap hari, sehingga dalam
keadaan tertentu, cara mendidiknya dipengaruhi oleh emosi. Misalnya suatu
kebiasaan yang seharusnya dilakukan oleh anak, anak tiodak perlu melakukannya,
bila ibu dalam keadaan senang. Sebaliknya bila ibu sedang dalam keadaan lelah,
maka apa yang harus dilakukan anak disertai dengan bentakan-bentakan. Contoh lain
bisa dilihat keteraturan belajar, bila anak diasakan untuk belajar setiap sore
mulai pukul 16.00, tetapi ibu yang sedang mendampingi anaknya belajar
kedatangan tamu, sehingga acara belajar itu dibatalkan. Perubahan arah
pendidikan tersebut di atas akhirnya menyebabkan anak tidak memiliki pegangan
yang pasti, tidak ada pengarahan perilaku yang tetap dan tidak ada kepastian
perilaku yang benar atau salah. Ibu dalam memberikan ajaran dan pendidikan
harus konsisten, tidak boleh berubah-ubah.
Untuk
menjadi pendidik yang baik, maka seharusnya orang tua melakukan hal-hal sebagai
berikut:
-
Memberikan
dukungan penuh pada anak dalam segala hal
-
Menyediakan
waktu yang cukup bagi anak, sehingga anak mau mencurahkan isi hatinya dan
hendaknya orang tua mau mendengar dan memberikan solusi permasalahan anak.
-
Belajar
bersama anak, mengontrol apakah anak sudah mengerjakan kewajibannya sebagai
peserta didik dan apabila ada suatu kesulitan, orang tua harus bisa membantu
untuk menyelesaikannya.
-
Mengajarkan
tanggung jawab pada anak, dalam hal ini orang tua bisa memulai dari memberikan
pekerjaan rumah tangga yang ringan seperti mencuci piring, membersihkan kamar
dan mainan mereka.
-
Menjadi
teman terbaik bagi anak.
Biasanya
orang tua yang melakukan hal-hal ini adalah orang tua yang sangat memperhatikan
masa depan anak khususnya dalam pendidikan. Mereka berusaha keras mengarahkan
dan membimbing anaknya . Dan akhirnya terbukti mereka berhasil.
Sebaliknya,
kita lihat saja orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya, apabila orang tuanya
adalah seorang pegawai mereka sering pergi ke luar kota, pagi berangkat dan
pulang malam. Akibatnya anak tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang serta
terabaikannya pendidikan anak. Akhirnya anak menjadi salah pergaulan, apalagi
saat ini pergaulan bebas marak di masyarakat.