Senin, 07 Januari 2013

BAB III KELAHIRAN PENGETAHUAN ALAMIAH MODERN


BAB III
KELAHIRAN PENGETAHUAN
ALAMIAH MODERN


  1. Ilmu dan Metode Keilmuan
Ilmu adalahh pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri inlah yang membedakan ilmu dan pengetahuan lainnya . salah satu ciri keilmuan adalah landasan ontologisnya, ialah landasan yang didasarkan pada jawaban yang diberikan oleh ilmu terhadap pertanyaan-pertanyaan :
-          “ Apakah yang ingin diketahui ilmu “ atau “ Apakah yang menjadi bidang telaah ilmu? “ atau “ apakah objek yang ditelaah yang membuahkan pengetahuan tersebut”.
-          “ Bagaimana ujud hakiki objek tersebut? “
-          “ Bagaimana hubungan antara objek tadi dan daya tangkap manusia ( berpikir, merasa dan mengindra ) yang membuahkan pengetahuan? “
Objek penelaah ilmu adalah seluruh segi kehidupan yang dapat diuji oleh
panca indra manusia. Ilmu membatasi diri pada kejadia-kejadian yang bersifat empiris, ialah yang terjangkau fitrah pengalaman manusia dengan menggunakan inderanya. Ilmu mempelajari objek-objek empiris seperti misalnya batuan, tumbuhan, binatang atau manusia itu sendiri dan juga gejala-gejala, peristiwa-peristiwa yang menurut anggapannya bermanfaat bagi kehidupan manusia. Berdasarkan objek otonologisnya ini, ilmu merupakan pengetahuan empiris. Objek dilur jangkauan pengalaman manusia tidak termasuk bidang penelaahannya. Ilmu berorientasi pada dunia empiris.
            Dalam usaha memperoleh pengetahuan, ilmu membuat tiga asumsi mengenai objek empiris tersebut.
1.      Ilmu berasumsi bahwa objek-objek tertentu, satu dengan yang lain mempunyai keserupaan misalnya mengenai bentuk struktur, sifat dan sebagainya. Berdasarkan asumsi ini kita dapat membuat klasifikasi. Kita menganggap individu-individu dalam sesuatu kelas mempunyai mempunyai ciri-ciri yang serupa. Hal ini disamping tidak praktis dan tidak ekonomis juga ada kegunaannya.
2.      Asumsi bahwa suatu benda dalam jangka waktu tertentu tidak mengalami perubahan. Dengan adanya asumsi tentang kelestarian relatif dalam jangka waktu tertentu ini, dimungkinkan untuk dilakukan pendekatan keilmuan terhadap objek yang sedang diselidiki. Ilmu bertujuan mempelajari tingkah laku objek dalam suatu keadaan tertentu. Kegiatan keilmuan tersebut hanya dapat dilakuakan bila sifat-sifat pokok dari benda tersebut dalam jangka waktu tertentu tidak berubah.
3.      Asumsi bahwa gejala bukan merupakan kejadian yang bersifat kebetulan, tetapi mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap, dengan urutan kejadian yang sama. Ingin mempelajari hukum-hukum yang menyangkut sebagian besar populasi yang terlibat. Kita menerima paham determinisme yang mengatakan bahwa seluruh kejadian dalam alam ini sepenuhnya tunduk pada hukum yang berlaku meskipun disampingnya kita menentukan batas yaitu tidka berlaku pada populasi mutlak, tetapi hanya pada sebagian besar saja. Jadi, mungkin sekali terdapat sekelompok kecil individu melakuakan penyimpangan dari pola umum yang berlaku. Berdasarkan hal tersebut, berarti kita harus menggunakan penafsiran berdasarkan teori peluang. Tepri peluang ini merupakan dasar dari statistika.

Pengkhususan diri pada suatu bidang telaah menyebabkan objek ontologis disiplin keilmuan menjadi semakin terbatas. Dengan pengkhususan ini, maka lebih dimungkinkan untuk analisis yang lebih cermat dan saksama.
Cabang-cabang keilmuan yang yerdapat dewasa ini, pada dasarnya
berkembang dari dua cabang utama, ialah :
1.      Filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun-rumpun ilmu alam ( the natural scienes )
2.      filsafat moral yang kemudian berkembang menjadi ilmu-ilmu sosial ( the social scienes ).
Ilmu-ilmu alam membagi diri menjadi dua kelompok cabang-cabang :
a.       Kelompok ilmu alam ( physical scienses ), yang bertujuan mempelajari zat-zat yang membentuk alam semesta
b.      Kelompok ilmu hayat ( biologikal scienses ), yang mempelajari makhluk yang hidup di alam semesta.
Ilmu cabang bercabang-cabang lagi menjadi cabang-cabang :
1.      Fisika, yang mempelajari massa dan energi
2.      Kimia, yang mempelajari substansi zat
3.      Astronoi yang mempelajari benda langit dan
4.      Ilmu kebumian, yang mempelajari bumi.
Dalam perkembangan selanjutnya setiap cabang ilmu membentuk cabang-
cabang yang lebih mengkhususkan lagi. Sebagai contoh misalnya fisika,berkembang menjadi mekanika, magnetika, akastika, optika, termodinamika, fisika nuklir dan kimia fisika.
      Meskipun tidak sepesat ilmu-ilmu alam, ilmu sosial juga berkembang dan terbentuklah cabang-cabang utama, ialah :
1.      Antropologi , yang mempelajari manusia dalam perspektif waktu dan tempat
2.      Psikologi, yang mempelajari proses mental dan kelakuan manusia.
3.      Ekonomi, yang mempelajari manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya lewat proses pertukaran.
4.      Sosiologi, yang mempelajari struktur organ sosial manusia, dan
5.      ilmu politik yang mempelajari sistem dan prosesdi dalam kehidupan manudia berkepemerintahan dan bernegara.
Selanjutnya pada setiap cabang tersebut mempunyai cabang-cabang lagi yang
bertujuan mempelajari bidang yang lebih mengkhususkan.
      Kelompok-kelompok ilmu tersebut yang semuanya termasuk dalam murni,
selanjutnya berkembang membentuk ilmu-ilmu terapan. Sebagai contoh adalah
dari ilmu murni fisika nuklir, terbentuk ilmu terapan teknik nuklir. Hal ini juga
berlaku dalam ilmu-ilmu sosial. Sebagai contoh misalnya pendidikan merupakan
ilmu sosial terapan yang mengaplikasikan konsep-konsep psikologi, antropologi
dan sosiologi.
a.       Epistemologi Ilmu
Epistemologi ilmu membahas secara mendalam proses-proses yang terlihat dalam usaha manusia untuk memperoleh pengetahuan. Dalam mengkaji hakikat ilmu, salah satu landasannya ialah landasan epistimologinya. Pada landasan ini yang dimasalahkan adalah pertanyaan-pertanyaan yang bersangkutan dengan :
-          Proses dan prosedur yang memungkinkan diperolehnya pengetahuan yang berupa ilmu.
-          Cara, teknik atau sarana yang membantu memperoleh ilmu tersebut
-          Hal-hal yang harus diperhatikan agar diperoleh pengetahuan yang benar
-          Kebenaran dan kriteria tentang kebenaran.
      Ilmu merupakan sebagian dari pengetahuan, ialah pengetahuan yang memiliki sifat tertentu. Landasan epistemologinya adalah metode ilmiah. Jadi, ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui proses yang dinamakan metode ilmiah. Metode ilmiah inilah yang membedakan ilmu dengan pengetahuan lainnya.
      Pengetahuan yang diperoleh dengan metode ilmiah dapat digolongkan pada pengetahuan yang bersifat ilmiah, atau pengetahuan ilmiah, atau secara lebih singkat disebut ilmu. Dalam proses menemukan pengetahuan yang dipercayai kebenarannya metode ilmiah terdiri dari langkah tertentu yang satu sama yang lain kait mengkait secara dinamis.
      Menegnai kriteria “ kebenaran “ terdapat beberapa teori, dantaranya adalah teori koheren atau teori koresponden. Berdasarkan teori koheren, suatu pernyataan/ kesimpulan tersebut koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan/kesimpulan-kesimpulan terdahulu yang telah dianggap benar. Sedangkan berdasarkan teori koresponden, suatu pernyataan adalah benar bila materi pengetahuan yang terkandung pernyataan itu berkoresponden ( berhubungan ) dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Jadi, berkoresponden dengan objek yang bersifat faktual. Dalam melakukan penalarn teoretis yang berdasarkan logika deduktif digunakan teori koheren. Sedangkan dalam proses untuk membuktikan secara empiris digunakan teori koresponden.
b.      Axiologi Ilmu
Ilmu telah banyak mengubah dunia, dan kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya membawa manfaat banyak sekali bagi bagi kehidupan manusia. Ilmu telah banyak sekali berjasa dalam pemberantasan penyakit, kelaparan, kemiskinan dan lalin-lainnya yang membuat manusia menderita. Tetapi, disamping itu kemajuan ilmu juga menghasilkan/ menyebabkan timbulnya malapetaka. Ledakan-ledakan bom kuman pada perang dunia I dan bom atom pada perang dunia II juga merupakan hasil kemajuan dari ilmu. Dengan demikian, maka lalu timbul pertanyaan yang menyangkut landasan axiologisnya ( teroi tentang nilainya ) ialah yang bersangkutan dengan :
-          Penggunaan pengetahuan yang berupa ilmu tersebut
-          Kaitan antara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral
-          Penetuan objek yang telah ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral, dan
-          Hubungan antara teknik prosedur yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dan norma-norma moral.
Pada tahap-tahap permulaan perkembangan ilmu, para ilmuan bersemboyan “
ilmu yang merdeka, yang bebas dari nialai “. Mereka menjelajah bidang keilmuan tanpa hubungan yang bersifat dogmatis. Tujun utama mereka adalah menyusun kerangka penjelasan tentang berbagai alam sekitarnya. Dengan pengetahuan teoritus yang telah berkembang ini mereka berusaha untuk mengasai alam. Selanjutnya karena perkembangan pengatahuan teoritis tersebut, lalu timbul kemungkinan untuk menerapkannya dalam kegiatan praktis. Dalam keadaaan semacam ini, sikap ilmu yang semula tidak memihak serta tidak menyarahkan masalah moralistis pada pihak lain, harus ditinjau kembali dan diubah ( diperbaiki ). Perkembangan ini didasarkan pada :
-          Cara berfikir dan doktri-doktrin dari ilmu sudah mampu menganalisis berbagai segi masalah kehidupan, termasuk juga masalah moral
-          Perkembangan teknologi memberi pengaruh yang besar terhadap peradaban manusia, dengan pengaruh positif maupun pengaruh negatif.
Terdapat pendapat bahwa ilmu adalah kekuasaan. Kekuasaan ini, apakah
merupakan berkat atau malapetaka bagi manusia, tergantung dari manusianya yang menggunakan sendiri ilmu harus mempunyai landasan moralitas, ialah martabat manusia. Ilmu harus merupakan alat untuk memberikan kemudahan bagi manusia untuk hidup sesuai kodratnya.
            1. Fungsi Ilmu
                        Pada dasarnya ilmu merupakan sumber pengetahuan yang berfungsi
memberikan penjelasan atau dugaan terhadap permasalahan yang dihadapi. Dalam usaha memcahkan masalahnya, manusia melakukan berbagai usaha. Ada yang berpegang pada cara-cara tradisional, dan ada pula yang berpaling pada ilmu. Dalam hal ini ilmi memberikan sebagai dasar unutk mengambil keputusan, yaitu keputusan yang didasarkan pada penafsiran kesimpulan ilmiah.
                        Ilmu yang perangkat cara berfikirnya dan doktri-doktrinnya telah mampu
menganalisis masalah kehidupan dengan berbagai seginya, termasuk juga masalah
moral. Paerkembangan teknologi telah memberikan pengaruh pada peradaban
manusia, pengaruh positif dan negatif. Secara moral, ilmuan tidak dapat
melepaskan diri dari pengaruh-pengaruh ini. Dalam hal ini, ilmuan harus
meninggalkan doktrin bahwa ilmu adalah netral. Ilmuan yang hruss memihak
pada kepentingan manusia.
            Menurut A. Comte bahwa dalam sejarah perkembangan manusia iu ada tiga tahap yaitu :
a.       Tahap teologi atau tahap metafisika
b.      Tahap Filsafat
c.       Tahap positif atau tahap ilmu.
Dalam tahap teologi atau tahap metafisika, manusia menyusun mitos atau dongeng untuk mengenal realita atau kenyataan, yaitu pengetahuan yang tidak objektif, melainkan subjektif. Mitos ini diciptakan untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia. Dalam alam pikiran mitos, rasio atau penalaran belum terbentuk, yang bekerja hanya daya khayal intuisi atau imajinasi.
                        Menurut C.V. van Peursen, mitos adalah suatu cerita yang memberikan
pedoman atau arah tertentu kepada sekelompok orang. Cerita itu dapat ditularkan,
dapat pula diungkapkan lewat taria-tarian atau pementasan wayang dan
sebagainya. Inti cerita adalah lambang-lambang yang mencetuskan pengalaman
manusia juga lambang kejahatan dan kebaikan, hidup dan kematian, dosa dan
penyucian, perkawinan dan kesuburan, firdaus dan akhirat. Pada tahapp teologi
ini, manusia menemukan identitas dirinya. Manusia sebagai subjek yang masih
terbuka dikelilingi oleh objek yaitu alam sehingga manusia mudah sekali
dimasuki oleh daya dan kekuatan alam. Manusia belum mampu memandang
objek atau realita dengan indranya, sehingga manusia dan alam lebur jadi satu.
Lewat mitos, manusia dapat turut serta mengambil bagiandalam kejadian-kejadian
alam sekitarnya, dapat menanggapi daya kekuatan alam.
Contoh :
a.       Gunung api meletus hebat, menimbulkan gempa bumi mengeluarkan lahar panas dan awan panas, sehingga menimbulkan banyak korban manusia, juga merusak daerah tempat tinggal dan daerah persawahan penduduk. Manusia pada tahap teologi ( menurut A. Comte ) atau pada tahap mitos ( C.A. van Peursen ) belum dapat melihat realita ini dengan indranya, manusia belum dapat mengetahui dan menangkap peristiwa dalam ( objek ) dengan alam pemikirannya, maka manusia beranggapan bahwa dewa yang dianggap sakti sedang murka.
b.      Gempa bumi diduga terjadi karena atlas ( raksasa yang memikul bumi pada bahunya ) memindahkan bumi pada bahu yang satu ke bahu yang lain
c.       Gerhana bulan disangka terjadi karena bulan dimakan raksasa, menurut mitosnya raksasa itu takut pada bunyi-bunyian, karena pada waktu gerhana bulan manusia memukul-mukul benda apa saja yang dapat menimbulkan bunyi, supaya raksasa itu takut dan memuntahkan kembali bulan purnama.
d.      Bunyi guntur dikira ditimbulkan oleh roda kereta yang dikendarai dewa melintas dilangit.
Dalam menghadapi peristiwa yang menakjubkan seperti terjadiny gerhana,
halilintar, topan, banjir, gempa, gunung meletus,manusia primitif selalu menghubungkanny dengan kekuasaan atau perbuatan dewa, hantu, setan atau makhluk gaib lainnya. Dahulu mitos sangat berpengaruh bahkan sampai saat ini pun kepercayaan akan mitos masih belum sepenuhnya hilang.mencari jawab atas masalah seperti itu dengan menghubungkannya dengan makhluk-makhluk gaib disebut berfikir secara irasional. Tentu saja pengetahuan yang diperoleh secara irasional dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Manusia pada tahap mitos menanggapi realita dengan mengadakan selamatan, tari-tarian, menyanyikan lagu-lagu. Dalam tari-tarian atau lagu-lagu tersebut terkandung cerita tentang riwayat para dewa yang sedang mengatur peristiwa-peristiwa alam. Lewat cerita-cerita ini manusia merasa aman, merasa dapat menghindari diri dari keganasan peristiwa alam.
Demikian manusia pada tahap mitos/teologi menjawab keingintahuannya
dengan menciptakan dongeng-dongeng atau mitos-mitos, karena alam pikirannya masih terbatas pada imajinasi atau intuisi.

  1. Penalaran Deduktif (Rasionalisme)
Dengan bertambah majunya alam pikran manusia dan makin berkembangnya cara penyelidikan, manusia dapat menjawab banyak pertanyaan tanpa mengarang mitos. Dengan demikian mitos makin kurang disukai dan hanya dipakai untuk memberi keterangan anak kecil kalau kita kebetulan terlalu malas untuk memberi keterangan ilmiah yang lengkap atau kalau kita menganggap bahwa anak itu masih terlalu kecil untuk dapat mencerminkan keterangan yang benar.
Menurut A. Comte, dalam perkembangan manusia sudah tahap mitos, manusia berkembang dalam tahap filsafat. Pada tahap filsafat, rasio sudah terbentuk, tetapi belum ditemukan metode berpikir secara objektif. Berbeda dengan pada tahap teologi, pada tahap filsafat ini manusia mencoba mempergunakan rasionya untuk memahami objek secara dangkal, tetapi objek belum dimasuki secara metodologis yang definitif.
Perkembangan alam pikiran manusia merupakan suatu proses, maka manusia tidak puas dengan pemikiran ini, sehingga berkembang ke dalam tahap positif atau tahap ilmu. Dalam tahap positif atau tahap ilmu ini, rasio sudah dioperasikan secara objektif. Manusia menghadapi objek dengan rasio.
C. A. van Peursen dalam bukunya mengatakan bahwa di dalam mitos manusia terikat, manusia menerima keadaan sebagai takdir yang harus diterima. Lama kelamaan manusia tidak mau terikat, maka manusia berusaha mencari penyelesaian dengan rasio. Dalam pemikiran ini, manusia sudah memisahkan dirinya sehingga memandang alam dengan jarak terhadap dirinya. Manusia sebagai subjek menempatkan dirinya di luar alam yang dijadikan objek. Manusia tidak lagi melingkari atau dikurung oleh alam dengan segala kekuatannya, sehingga manusia dapat menilai objek (alam) tanpa meleburkan diri, dapat memandang objek (alam) dengan lebih leluasa.
Dalam menghadapi peristiwa-peristiwa alam, misalnya gunung api meletus yang menimbulkan banyak korban dan kerusakan, manusia tidak lagi mengadakan selamatan dengan tari-tarian dan nyanyian, tetapi akan mengamati peristiwa itu, mempelajari mengapa gunung api dapat meletus, kemudian berusaha mencari penyelesaian dengan tindakan-tindakan yang sesuai dengan hasil pengamatannya. Misalnya dengan mencegah terjadinya letusan yang hebat. Untuk mengurangi banyaknya korban, penduduk di sekeliling gunung api tersebut dipindahkan ke daerah yang lain, setelah mengetahui bahwa gunung api akan meletus, dan lain sebagainya. Inilah bukti bahwa manusia lama kelamaan tidak puas dengan mitos  sebagai pemikiran yang irasional, kemudian mencari jawaban yang rasional.
Berkat pengamatan yang sistematis dan kritis, serta makin bertambahnya pengalaman yang diperoleh, lambat laun manusia berusaha mencari jawaban secara rasional dengan meninggalkan cara irasional. Pemecahan secara rasional berarti mengandalkan rasio dalam usaha memperoleh pengetahuan yang benar. Kaum rasionalis mengembangkan paham yang disebut rasionalisme. Dalam menyusun pengetahuan kaum rasionalis menggunakan penalaran deduktif. Penalaran deduktif adalah cara berpikir yang bertolak dari pernyataan yang bersifat umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif ini menggunakan pola berpikir yang disebut silogisme itu terdiri atas dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Kedua pernyataan itu disebut premis mayor dan premis minor. Kesimpulan atau konklusi diperoleh dengan penalaran deduktif dari kedua premis tersebut.
Contoh :
Semua makhluk bernafas                    ( premis mayor )
Si Ali adalah seorang makhluk           ( premis minor )
Jadi, si Ali bernafas                             ( kesimpulan )

Kesimpulan yang diambil ini hanya benar, bilamana kedua premis yang digunakan benar dan cara menarik kesimpulannya juga benar. Jika salah satu dari ketiga hal ini salah, maka kesimpulan yang diambil juga tidak benar.
Contoh :
Pada zaman alkimia (abad pertama sampai kedua) pernah digunakan penalaran deduktif ini bertitik tolak dar ajaran Aristoteles mengenai prinsip “perkembangan”. Menurut pendapat ini dikatakan bahwa semua benda (termasuk logam) akan mengalami perkembangan ke arah kedewasaan. Logam yang telah dewasa atau “matang” adalah emas dan perak. Dengan demikian semua logan akan mengalami proses perkembangan menjadi emas (premis mayor). Air raksa adalah logam (premis minor). Jadi air raksa dapt mengubah menjadi emas (kesimpulan).
Kesimpulan bahwa air raksa diubah manjadi emas tergantung dari kebenaran premis mayor, premis minor, dan cara menarik kesimpulannya. Tetapi bilamana premis mayor misalnya diragukan kebenarannya, maka kesimpilan yang diambil juga benar.  Bila ketiga hal ini benar, berarti kesimpulan yang diambil juga benar. Karena percaya akan kebenaran kesimpulan tadi, maka dicarilah “ batu filosofi “ yang sanggup mengubah air manjadi emas. Namun usaha ini gagal dan belum pernah dapat mengubah air raksa menjadi emas. Pada zaman sekarang dimungkinkan untuk mengubah air raksa menjadi emas dengan proses transmutasi inti.
Dengan demikian jelas bahwa penalaran deduktif ini pertama-tam harus mulai dengan pernyataan yang sudah pasti kebenarannya. Aksioma dasara ini yang dipakai untuk membangun sistem pemikirannya, tidak dapat diterima oleh orang lain. Masalah utam adalah kesulitan untuk menilai kebenaran premis-premis yang digunakan. Ini disebabkan karena penalaran yang digunakan bersifat abstrak, lepas dari pengalaman, sehingga tidak mungkin dapat diamati dengan panca indra. Dengan penalaran deduktif ini dapat diperoleh bermacam-macam pengetahuan mengenai sesuatu objek tertentu tanpa ada kesempatan yang dapat diterima oleh semua pihak. Disamping itu, juga terdapat kesulitan untuk menerapkan knsep rasional kepada kehidupan praktis.
  1. Penalaran Induktif
`                       Pengetahuan yang dperoleh berdasarkan penalaran deduktif ternyata
mempunyai kelemahan, maka muncullah pandangan lain yang berdasarkan pengalaman konkret. Mereka yang mengembangkan pengetahuan berdasarkan pengalaman konkret ini disebut penganut empirisme. Paham empirisme menganggap bahwa pengetahuan yang benar ialah pengetahuan yang diperoleh langsung dari pengalaman konkret. Menurut paham empirisme ini, gejala alam tiu bersifat konkret dan dapat ditangkap dengan panca indra manusia. Dengan pertolongan panca indranya, menusia berhasil menghimpun sangat banyak pengetahuan. Himpunan pengetahuan ini dapat disebut ilmu pengetahuan yang disusun secara teratur dan dicari hubungan sebab akibatnya. Untuk maksud itu perlu dilakukan penalaran. Penalaran haruslah dimulai dari yang sederhana menuju yang lebih kompleks. Didalam penalaran itu, fakta yang didasarkan atas pengamatan tidak boleh dicampuradukkan dengan dugaan atau pendapat orang yang melakukan penalaran. Mengemukakan pendapat sering kali juga berfaedah, tetapi haruslah ada garis pemisah yang tegas antara dugaan dan fakta.yang terutama kita perhatikan disini ialah gejala alam. Ada gejala alam yang dapat ditirukanoleh manusia, ada juga yang tidak dapat. Penyelidikan gejala yang dapat diturunkan di dalam laboratorium ( kadang-kadang ukuran kecil ) biasanya lebih cepat membawa hasil dibandingkan gejala tidak diulangi dalam laboratorium.
Dari pengamatan secara sistematis dan kritis atas gejala-gejala alam akan diperoleh penegtahuan tentang gejala itu. Mungkin akan terlihat adanya karakteristik tertentu, adanya kesamaan, adanya ulangan dan adanya keteraturan dalam pola-pola tertentu. Dengan demikian akan dapat ditarik sesuatu generalisasi dari berbagai kasus yang terjadi.
Penganut empirisme menyusun pengetahuan dengan menggunakan penalaran induktif. Penalaran induktif adalah cara berfikir dengan menarik kesimpulan umum dari pengamatan atas logam besi, tembaga, aluminium dan sebagainya, jka dipanasi ternyata menunjukkan bertambah panjang. Dari sini dapat diambil kesimpulan secara umum bahawa semua logam jika dipanasi akan bertambah panjang.
Contoh lagi : kucing bernapas, anjing bernapas, sapi, kuda dan harimau juga bernapas. Dapat disimpulkan bahwa semua hewan dapat bernapas.
            Dengan penalaran induktif ini makin lama dapat disusun pernyataan yang lebih umum lagi dan makin bersifat fundamental. Dari contoh diata tadi dapat diteruskan : hewan dapat bernapas. Manusia dapat bernapas. Dapat disimpulkan bahwa semua makhluk hidup dapat bernapas. Dengan cara ini dapat diperoleh prinsip-prinsip yang bersifat umum sehingga memudahkan dalam memahami gejala yang beraneka ragam.
Namun demikian ternyata bahwa pengetahuan yang dikumpulkan berdasarkan penalaran induktif ini masih belum dapat diandalkan kebenarannya. Sekumpulan fakta belum tentu bersifat konsisten atau bahkan mungkin bersifat kontradiktif.demikian pula fakta yang tampak berkaitan belum dapat menjamin tersusunnya pengetahuan yang sistematis.
            Misalnya dari hasil pengamatan terhadap anak-anak yang berprestasi tinggi dibeberapa sekolah menunjukkan bahwa semuanya berhidung mancung. Seakan ada kaitan antara prestasi tinggi dengan hidung mancung. Adakah kebenarannya hubungan antara hidung mancung dengan hasil prestasi yang tinggi?
Disamping itu masih ada kesulitan dalam masalah penafsiran atas apakah sebenarnya yang dimaksud pengalaman itu? Apakah pengalaman itu merupakan stimulus panca indra, ataukah justru berprinsip?
            Ditambah lagi denga kemampuan panca indra yang kurang dapat diandalkan. Misalnya tongkat lurus yang sebagian terendam air akan terlihat bengkok.
            Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang diperoleh hanya dengan penalaran deduktif tidak dapat diandalkan karena bersifat abstrak dan lepas dari pengalaman. Demikian pula pengetahuan yang diperoleh hanya dari penalaran induktif juga tidak dapat diandalkan karena kelemahan panca indranya. Karena itu himpunan pengetahuan yang diperoleh belum dapat disebut ilmu pengetahuan.

  1. Pendekatan Ilmiah, Kelahiran IPA
Agar himpunan pengetahuan itu dapat disebut ilmu pengetahuan, harus
digunakan perpaduan antara rasionalisme dan empirisme, yang dikenal sebagai
metode keilmuan atau pendekatan ilmiah.
            Pengetahuan yang disusun dengan cara pendekatan ilmiah atau menggunakan metode keilmuan, diperoleh melalui kegiatan penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah ini dilaksanakan secara sistematik dan terkontrol berdasarkan atas data-data empiris. Kesimpulan dari penelitian ini dapat menghasilkan suatu teori. Teori ini masih terlalu dapat suatu teori. Teori ini masih terlalu dapat diuji dalam hati keajegan dan kemantapan. Artinya bilamandiadakan penelitian ulang, yang dilakuakn oleh siapa pun dengan langkah-langkah yang serupa dan pada kondisi yang sama, akan diperoleh hasil yang ajeg ( konsisten ). Metode keilmuan tu bersifat objektif, bebas dari keyakinan perasaan dan prasangka pribadi serta bersifat terbuka. Artinya dapat diuji ulang oleh siapa pun. Dengan demikian kesimpulan yang diperoleh lebih dapat diandalkan dan hasilnya lebih mendekati kebenaran.
            Jadi, suatu himpunan pengetahaun dapat digolongkan sebagai ilmu pengetahuan bilaman cara memperolehnya menggunakan metode keilmuan, yaitu gabungan antara rasionalisme dan empirisme.
Secara lengkap dapat dikatakan bahwa suatu himpunan pengetahuan dapat disebut IPA bilaman persyaratan berikut :
Objeknya pengalaman manusia yang berupa gejala-gejala alam, yang dikumpulkan melalui metode keilmuan serta mempunyai manfaat untuk kesejahteraan manusia.

2.   Perkembangan Pengetahuan dari Masa ke Masa
  1. Zaman Purba
Dari peninggalan-peninggalan yang ditemukan, dapat dianalisis
pengetahuan yang telah dimiliki manusia purba, begitu juga bagaimana
perkembangannya. Bahan-bahan yang ditemukan dari zaman purba ( yang
mencakup zaman batu )  adalah :
    1. Alat-alat dari batu dan tulang
    2. Tulang belulang hewan
    3. Sisa-sisa dari beberapa tanaman
    4. Gambar dalam gua-gua
    5. Tempat-tempat penguuran dan
    6. Tulang-tulang manusia purba
Kecuali gambar dalam gua dan tempat-tempat penguburan, peninggalan-
peninggalan tersebut perlu diselidiki, apakah berasal dari manusia atau tidak. Hal
ini memang perlu dilakuakn karena pada zaman itu belum ada tulisan., oleh
karena itu tidak ada sumber keterangan yang lain. Tulang belulang hewan dapat
diselidiki oleh ahli kedokteran hewan. Sedangkan tulang beluang manusia purba
dapat diidentifikasi oleh ahli antropologi fisik. Terdapat alasan-alasan untuk
menunjukkan bahwa benda dari batu tersebut merupakan alat, bukan hanya batu
alam biasa. Alasan-alasan tersebut antaranya adalah kamiripan bentuk frekuensi
yang relatif tinggi, perubahan bentuk yang sejalan dengan umurnya, kekerasannya
dan adanya ukiran-ukiran yang terdapat pada alat-alat dari batu tersebut.
Perbaikan bentuk dari alat-alat tersebut, menunjukkan bahwa manusia pada zaman itu telah dapat menghayati, membeda-bedakan dan juga menunjukkan kecenderungan menuju kearah fungsi yang lebih baik. Disamping karena pengalamannya, maka pemilihan batu, dari yang empuk ke yang keras, menunjukkan kemampuannya untuk membedakan dan memilih.
Disamping adanya peninggalan-peninggalan yang berupa alat-alat tersebut, manusia purba juga mewariskan cara bercocok tanam dan cara beternak. Mereka mampu memelihara dan membina tanaman dan hewan liar hingga menjadi tanamn dan hewan yang sesuai dengan kebutuhannya.
Peninggalan-peninggalan alat-alat, tanaman, ternak tersebut diatas menunjukkan bahwa manusia purba telah mempunyai pengetahuan untuk memperolehnya berkat pengalamnnya, kemampuannya mengamati, dan kemampuan memilih. Penemuan-penemuan itu terjadi, baik secara kebetulan ataupun secara disengaja, semuanya berdasarkan pengamatan primitif, dan mungkin lalu dilanjutkan dengan percobaan-percobaan yang dilakuakn tanpa dasar dan tanpa pengaturan, tetapi denga mengikuti proses “ trial and error “. Meskipun tidak diketahui bagaimana dasar dari proses penemuan-penemuan yang diperoleh, tetapi karena sudah berlangsung selama ratusan ribu tahun, selama penemuan-penemuan itu menjadi mantap, dan selanjutnya dapat diulang terus-menerus. Denga demikian tersusunlah “ know how “ meskipun tidak diketahui sebabnya, tidak diketahui “ mengapanya “ atau “ the why “nya. Dengan demikian, maka zaman batu ini ditandai oleh pengetahuan “ know how “ yang diperoleh berdasarkan :
Kemampuan mengamati
1.      Kemampuan membeda-bedakan
2.      Kemampuan memilih dan
3.      Kemampuan melakukan percobaan tanpa disengaja, yang berlandaskan pada proses “ trial and error “
Dalam bentuk “ know how “ itulah penemuan-penemuan manusia purba
tersebut diwariskan kepada generasi-generasi selanjutnya.
                        Masa 15.000 sampai kurang lebih 600 tahun sebelum Masehi, masih
merupakan lanjutan dari zaaman batu. Manusia pada zaman ini mewarisi
penegtahuan dari dari zaman batu, baik pengetahuan mengenai pertanian dan
peternakan, maupun pengetahuan dalam pembuatan alat-alat. Dalam hal
pembuatan alat-alat, terjadi perubahan yang besar. Mereka sudah mampu
mengolah logam. Alat-alat mereka tidak lagi terbuat dari batu, melainkan dari
perunggu atau besi. Meskipun dasar kehidupan mereka masih tetap pada tingkat
“know how“ tetapi mereka sudah mulai meningkat diamtaranya dengan
dihasilkan perhiasan-perhiasan yang sangat artistik yang terbuat dari emas dan
perak serta batu-batu perhiasan.
Pada zaman purba tersebut, manusia masih sangat menggantungkan diri pada
kepercayaan agama yang politistik. Mereka percaya bahwa dewa-dewa berada di
bulan, matahari, atau bintang, karena itu, benda-benda angkasa itu terus menerus
diamati. Dari pengamatan-pengamatan tersebut, ditmukan hal-hal tersebut :
1.      Ada gugusan-gugusan bintang atau rasi-rasi bintang yang kemudian diberi nama, misalnya Ursa minor, Ursa Mayor, Pisces, Scorpion, Orion dan Pleides.  Serangkaian rasi 12 buah diantara rasi-rasi ini, yang berjajar sepanjang eklaptika, disebut Zodiak.
2.      Kedudukan matahari dan bulan berubah / bergerak terhadap zodiak.
3.      Planet-planet Markurius, Venus, Mars, Jupiter, dan saturnus kedudukannya selalu berbuah terhadap zodiak
4.      Bulan tiap kali berubah bentuk dan tempat, dan kembali pada bentuk dan tempat yang sama setelah 28 sampai 29 kali matahari terbit dan terbenam
5.      Terbit dan terbinamnya matahari di cakrawala juga berpindah-pindah dengan periode tertentu yaitu 365 hari
6.      Dalam 365 hari terjadi 12 kali perubahan bulan untuk tiap kali kembali pada bentuk yang sama
7.      Diantara gejala alam ada peristiwa gerhana bulan
      Berdasarkan penemuan-penemuan tersebut disusun juga kalender sebagai
pedoman waktu untuk mengatur krhidupan ritual, pekerjaan sehari-hari dan kehidupan biasa pada umumnya. Dengan adanya kalender dan pencatatan gerhana bulan, maka ditemukan suatu siklus gerhana yang dapat digunakan untuk meramalkan gerhana yang akan datang.
      Penemuan-penemuan tersebut diatas yang merupakan proses alamiah, hanya dimungkinkan setelah manusia pada zaman mencari dan akhirnya menemukan dan mampu menggunakan angka – angka dan abjad untuk melakukan perhitungan-perhitungan.Dalam menemukan proses alamiah tersebut tahapan – tahapan pengamatan, pengumpulan data, analisis, abstraksi, simbolisasi, dan sintesis kembali.Tahapan – tahapan tersebut hingga sekarang masih dilakukan dalam berbagai lapangan yang luas.
            Disamping kemampuan – kemampuan dan penemuan – penemuan tersebut, rangka dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari – hari, pada mereka terbentuk kemampuan mengukur.Kemampuan mengukur ini digunakan untuk mengukur bidang tanah dan perladangan, dan mengukur hasil panennya.Untuk keperluan pengukuran – pengukuran tersebut juga telah mereka temukan bentuk segi tiga, segi tiga siku – siku dan sudut siku – siku.Kemampuan berhitung dan mengukur ini kemudian hari akan berkembang dan menjelma ilmu hitung (arithmetics) dan ilmu ukur (geometry).
            Jadi, disamping pengetahuan dalam bentuk “know how” yang digunakan dalam kehidupannya sehari – hari seperti telah diuraikan diatas, dalam perkembangannya manusia purba dapat memperoleh pengetahuan/kemampuan sebagai berikut :
1.      Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman
2.      Kemampuan melakukan abstraksiberdasarkan kesamaan atau keteraturan
3.      kemampuan menulis dan berhitung, dan menyusun kalender, yang semuanya berdasarkan proses sintesis terhadap hasil abstraksi yang dilakukan
4.      kemampuan menemukan abjad dan sistem bilangan alamiah berbagai jenis siklus, yang semuanya berdasarkan proses abstraksi
5.      kemampuan meramal berdasarkan peristiwa fisik, misalnya ramalan terjadinya gerhana.
            Kemampuan/pengetahuan yang telah dimiliki tersebut diatas semuanya masih diperoleh secara alamiah, artinya tanpa disadari dan disengaja. Jadi, segala peristiwa yang terjadi hanya diterima sebagaimana adanya tanpa usaha pendalaman lebih lanjut. Manusia purba masih dalam tingkatan sekadar menerima, baik dalam sikap maupun dalam pemikiran ( receptive attitude and receptive mind )

  1. Zaman Yunani
            Masa 600 tahun sebelum masehi sampai kurang lebih 200 tahun sebelum masehi biasanya disebut zaman Yunani. Dalam zaman itu proses-proses perkembangan “ know how “ tetap mendasari kehidupan sehari-hari, sekalipun tingkatannya sudah jauh lebih maju daripada zaman sebelumnya.
            Dalam bidang pengetahuan yang berdasarkan sikap dan pemikiran yang sekadar menerima apa adanya, terjadi perubahan besar, dan perubahan ini dianggap sebagai dasar pengetahuan modern. Hal ini berdasarkan pada sikap bangsa Yunani yang tidak dapat menerima pengalaman-pengalaman tersebut secara pasif-receptif. Mereka memiliki “ inqury attitude “ dan “ inqury mind “.
            Thales 624-548 SM dianggap sebagai orang pertama yang mempertanyakan dasar dari alam dan isi dari alam ini. Dia tidak dapat menerima begitu saja adanya kenyataan bahwa di bumi ada air, api, udara, awan, kayu, batu, dan lain-lainnya. Hal ini hanya dianggap sebagai gejala. Dalam pemikirannya timbul pertanyaan : “ Dari apakah hal-hal yang berbeda tersebut dibuat ?”. “ Sebenarnya, tidakkah bahan dasarnya terbatas, sedangkan gejalanya yang banyak sekali?”.
            Dalam rangka membahas perkembangan ilmu pengetahuan, yang penting bukannya jawaban yang diberikan, tetapi diajukannya pertanyaan tersebut. Thales menekankan pentingnya pertanyaan. Pengajuan pertanyaan yang terus menerus akan menimbulkan/ menyebabkan pemeriksaan dan penelitian yang terus menerus juga. Dengan demikian pertanyaan merupakan suatu motor yang tetap mendorong pemikiran dan penyelidikan.
            Disamping Thales, terdapat banyak tokoh filsafat yang sangat penting dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan, diantaranya adalah phytagoras, Aristoteles dan Archimides.
            Phytagoras (580-500 SM) adalah ahli filsafat yang sangat penting dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan diantara penemuan-penemuan adalah sebagai berikut. Hukum atau dalil phytagoras, yaitu bahwa dalam segitiga siku-siku dengan sisi a dan b beserta hipotenusa c, berlaku a2 + b2 = c2
            Tentang unsur dasar pembentukan benda, Phytagoras berpendapat agak berbeda dengan orang-orang sebelumnya. Pendapat terdahulu menyatakan bahwa semua benda terbentuk dari unsur-unsur dasar yang sama, ialah air, tanah dan api. Phytagoras berpendapat bukannya hanya tiga unsur dasar, tetapi empat, yaitu tanah, air, udara, api.
            Aristoteles (384-322 SM). Peninggalannya yang penting dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan adalah lodul logika, biologi dan metafisika. Dalam bukunya yang berjudul logika, ia mengemukakan analisis yang didasarkan pada silogisme. Pada dasarnya silogisme terdiri dari tiga kalimat. Kalimat pertama mengutarakan soal yang umum disebut premis mayor. Kalimat kedua mengenai soal yang khusus dan disebut premis minor kalimat ketiga merupakan kesimpulan yang ditarik berdasarkan kedua premis tersebut.
            Contoh :
-          Premis mayor        : semua manusia bersifat sama
-          Premis minor         : Plato seorang manusia
-          Kesimpulan           : Plato akan mati
Archimides (287-212 SM). Archimides mempelajari matematika, fisika, dan mekanika serta menerapakan sebagian penemunya pada usaha pembuatan alat-alat. Perhitungan dan penemuan hukum Archimides dimulai dengan pengalaman, dan kemudian diidealisasikan dalam alam pemikiran (analisis teoretis), akhirnya dibuktikan dengan percobaan. Dengan demikian, sebenarnya Archimides sudah menemukan landasan ilmu pengetahuan mdern.
     
  1. Zaman Modern
            Pada permulaan abad ke-14, di Eropa dimulai perkembangan ilmu pengetahuan. Sejak zaman itu sampai sekarang Eropa menjadi pusat kemajuan ilmu pengetahuan dan umat manusia pada umumnya. Permulaan perkembangannya dicetuskan oleh Roger Bacon (1214-1294 SM) yang menganjurkan agar pengalaman mausia sendiri dijadikan sumber pengetahuan dan penelitian.
            Copernicus, Tycho broche, keppler, dan galileo merupakan pelopor dalam mengembangkan pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman tersebut. Mereka menciptakan prinsip Heliosentrisme. Dengan teropongnya Galileo memastikan bahwa seperti bulan, planet-planet tidak memancarkan cahayanya sendiri, tetapi memantulkan cahaya matahari yang jatuh pada planet-planettersebut Galileo juga menyusun dasar huku-hukum yang menghubungkan kecepatan, percepatan, dan jarak yang di tempuh dalam waktu tertentu. Dengan demikian ia menciptakan Kinetika. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dan kemudian diwariskan oleh Tycho Broche, Johannes Keppler menyusun tiga hukum tentang gerakan planet-planet selama mengelilingi matahari.
            Perkembangan ilmu pengetahuan menjadi sangat mantap dan pesat setelah ditulisnya buku-buku yang berjudul “ Novum Organum “ oleh Francis Bacon (1560-1626) yang mengutarakan tentang landasan empiris dalam mengembangkan pengetahuan dan penegasan ilmu pengetahuan dengan menguraikan metodenya. Setelah adanya karya F. Bacon tersebut, muncullah tokoh-tokoh yang peranannya sangat menentukan dalam berkembangnya ilmu pengetahuan selanjutnya. Bila dilihat dari segi metodologi dan psikologi maka seluruh ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada :
1.      Pengamatan dan pengamalan manusia yang terus menerus
2.      Pengumpulan data yang terus menerus dan dilakukan secara sistematis
3.      Analisis data yang ditempuh dengan berbagai cara, yang antara lain adalah :
a.       Analisis langsung
b.      Analisi perbandingan, dan
c.       Analisis matematis dengan menggunakan model-model matematis
4.      Penyusunan model-model atau teori-teori, serta penyusunan ramalan-ramlan sehubungan dengan model-model itu
5.      Percobaan-percobaan untuk menguji ramalan tersebut
            Percobaan-percobaan ini akan menghasilkan beberapa kemungkinan,
diantaranya : benar atau salah. Jika terbukti salah, terbuka kemungkinan untuk
mencari kesalahan berfikir, sehingga terbuka juga kemungkinan untuk
memperbaikinya. Dengan demikian ilmu pengetahuan modern memilki suatu
sistem yang di dalamnya terkandung mengoreksi diri, yang memungkinkan
ditiadakannya kesalahan demi kesalahan secara bertahap menuju ke arah
kebenaran.

3.   Kelahiran Alam Semesta
            Kapan kehidupan ini dimulai? Kapan bumi ini mulai dihuni? Bagaimana
alam ini dicipta? Dan berapa umurnya? Ilmu pengetahuan ini sangat luas, kadang
berhadapan dengan masalah yang sangat kecil ukurannya seperti sel. Tetapi
kadang dihadapkan dengan masalah yang sangat besar ukurannya seperti alam
semesta.
            Mikrokosmos mempelajari hal-hal yang sangat kecil, sedangkan
makrokosmos mempeajari hal-hal yang sangat besar dalam ukurannya. Sel, atom,
proton dan elektron merupakan beberapa contoh dari mikrokosmos. Sedangkan
alam semesta termasuk dalam makrokosmos.
            Pada tahun 1665 ilmuan bangsa Inggris Robert Hooke dengan
menggunakan mikroskop yang masih sederhana, melihat bahwa gabus terdiri dari
struktur gelembung berdinding seperti sarang lebah. Rongga berdinding ini
disebut sel. Oleh para ilmuan sel sebagai kotak-kotak kecil yang berisi bukan
kehidupan. Dengan mikroskop modern dapat dilihat bahwa sel bukan hanya
sebagai wadah kehidupan, lebih dari merupakan bahan kehidupan. Sampai saat ini
belum ada ahli kimia dan mampu meniru produksi antibodi
tertentu padahal itu merupakan kegiatan rutin setiap hari.
            Mikroskop yang mempunyai perbesaran seribu dapat dipergunakan untuk
mengganti Euhlena, ialah organisme bersel tunggal dan dapat diambil sebagai
contoh perilaku sel sebagai suatu kesatuan dan ternyata dapat diterapkan pada
organisme tingkat tinggi seperti manusia. Sehingga proses kehidupan dapat
dipelajari.
            Pada tahun 1869 Friendrich Miescher seorang ahli bio kimia berhasil
memisahkan suatu zat dari inti sel. Zat ini sekarang oleh para ilmuan dinamakan
asam deoksiribonukleat atau disingkat dengan DNA yang merupakan mata rantai
antara zat bernyawa. Pada tahun 1950 Maurice Wikins seorang ahli biofisika
mulai meneliti rahasia kehidupan yang menyangkut mengenai perbanyakan atau
berkembang. Dengan bantuan kristalografi sinar X untuk menyingkap struktur
DNA.
            Pada tahun 1953 James Watson seorang ahli biologi dan Francis Crick
seorang ahli fisika dapat membuktikan bahwa, struktur DNA bukanlah sederhana,
melainkan berupa pilin rangkap yang dapat terbelah menjadi dua. Analisis lebih
lanjut dilakukan oleh Max Perutz dan John Kendrew yakni dengan jalan
menganalisis dua protein, ialah Mioglobin dan hemoglobin. Hasil analisisnya
dewasa ini telah mempunyai kegunaan prakatis untuk memcahkan masalah
anemie sel sabit, yang ternyata disebabkan oleh formaso hemoglobin yang tidakk
normal. Pada saat ini pra ilmuan telah mendapatkan petunjuk berharga untuk
memahami rahasia kehidupan yang saling dalam.
            Mempelajari mikrosmos benar-benar menakjubkan dalam ukuran yang
sangat kecil berorde Angtrum (10-10 m) bukan merupakan suatu hal yang sangat
aneh. Kenyataan tersebut sama menariknya dalam dunia Makrokosmos dengan
ukuran yang sangat besar berorde milyars, juga bukan merupakan sesuatu yang jarang. Setelah Galileo (1564-1742) menemukan teleskop, makin banyak
benda langit diketemukan,. Tetapi bukan berarti para ilmuwan sebelumnya tidak
mengamati gerak-gerik tata surya. Keindahan benda-benda langit sangat menarik
perhatian.
            Banyak teori yang telah dikemukakan oleh para ilmuwan mengenai car
terbentuknya tatsurya. Pada awal abad 20 salah satu teori menyatakan : bahwa
planet-planet terbentuk dari sebagian bahan matahari yang terlempar keluar.
Disebabkan karen bintang lain yang bergerak mendekati matahari, sehingga
terjadi gaya tarik bergerak mendekati matahari, sehingga terjadi gaya tarik dari
bintang yang menyebabakan sebagian bahan matahari terlempar keluar, dan
membentuk planet.
            Lain halnya denga teori yang dikemukakan oleh Immanuel Kant dan Laplace dan
disempurnakan oleh Gerald P Kuiper dan CF Van Weiszacker sehingga disebut
dengan teori Kondensasi. Teori Kondensasi mengatakan : Mula-mula ada kabut
gas hidrogen dan debu, karena mendingin atau menyusut berputar makin lama
makin cepat, lalu berbentuk bulat pipih seperti cakram. Kebanyakan bahan berada
ditengah dan membentuk matahari, sedangkan yang keluar membentuk planet-
planet. Jika tatsurya tersebut sesuai teori ini, tentu jagad raya atau alam semesta
ini terdapat banyak tatsurya .setiap seribu bintang atau tatsurya.
            Henri Becquerel pada tahun 1903 telah menemukan gejala radio aktif dari
Uranium, sedangkan radioktivitasditemukan oleh suami istri Curie. Baru pada
tahun 1907 Lord Rurtherford berkeyakinan, bahwa laju pelapukan zat-zat
radioaktivitas sangat teratur dan dinyatakan dalam waktu paruh.
Setiap atom Uranium, ketika melapuk menjadi atom timbal yang stabil
meniggalkan delapan atom helium. Bila laju pelapukan uranium diketahui maka
dapat ditentukan umur suatu batuan. Dengan jalan mengukur banyaknya uranium
dan helium yang terkandung dalam batuan tersebut. Setelah penemuan isotop
radioaktif para ahli geokimia dapat menentukan umur batuan lebih teliti, dengan
cara membandingkan waktu paruh unsur-unsurisotop radioaktif yang terkandung
dalam batu tersebut.
            Pada tahun 1946 Wilard F Libby: mengamati bahwa setiap tumbuh-
tumbuhan mengisap karbon (CO2) dan secara kimiawi membentuk menjadi
bagian strukturnya. Tetapi bila tumbuhan itu mati C14 yang terkandung di
dalamnya akan menjadi baku dan melapuk secara radioaktif. Karena setiap
organisme hidup mengandung karbon (C) maka metode Libby dapat digunakan
untuk menentukan umur dari makhluk yang pernah hidup. Hal ini telah dibuktikan
kebenarannya oleh para ahli arkeolog. Ketelitian metode Libby yang nyata telah
digunakan pada saat menghitung umur makam raja Fir’aun. Bila dengan jalan
menghitung unsur C diperkirakan berumur 3700 tahun kemungkinan salah 400
tahun. Dan bila dilihat dari dokumen sejarah kurang lebih berumur 3800 tahun.
            Ahli fisika yakin bahwa jagad raya atau alam semesta ini berawal dari
unsur Hidrogen, sedangkan unsur-unsur lainnya merupakan sintesis yang terjadi
di bagian dalam planet-planet. Awal sintesis bumi diperkirakan 15 milyar tahun
yang lalu.
            Berapa umur alam semesta? Ketika alam semesta terbentuk, unsur
radioaktivitas belum ada. Materi bukanlah merupakan materi seperti yang kita
kenal molekul maupun atom, bahkan elektron dan proton yang kita pikirkan
sebagai bahan dasar alam semesta, mungkin belum terbentuk seperti yang kita
kenal sekarang. Dengan demikian pengukuran umur alam semesta dengan cara
pelapukanunsur radioaktivitas suatu zat sangat tidak teliti.
            Tetapi salah satu fakta sederhana yang dikenal dan ditemukan setiap hari
dapat diterapkan untuk memperkirakan umur jagat raya ini. Hukum fisika dapat
menerangkan gejala penurunan frekuensi gelombang yang bergerak akan
menjauhi pengamat dan sebaliknya bila benda mendekati pengamat akan
mengalami kenaikan frekuensi gelombang,. Kebenaran effek Doppler dapat
dibuktikan dengan jalan berdiri disisi rel kereta api yang sedang membunyikan
peluit. Ketika api mendekat akan didengar nada peluit yang meninggi yang
frekuensinya bertambah besar, seterusnya setelah kerta api menjauhi pengamat
akan didengar nada peluit yang rendah yang berarti frekuensi menurun. Karena
cahaya juga bersifat gelobang seperti halnya gelombang bunyi, maka benda langit
yang sedang bergerak menjauhi frekuensi cahaya akan menurut bergeser ke warna
merah, tetapi benda langit bergerak mendekati frekuensi cahayanya akan menaik
bergeser ke warna ungu.
            Bila effek Doppler diterapkan pada suatu kenyataan lain, ialah kedudukan
galaksi dewasa ini serta kecepatan menjauh pengamat, maka tidaklah sulit
menghitung berapa tatasurya ini menempuh perjalanannya keluar. Kecepatannya
dapat dihitung dengan jalan mengamati pergeseran frekuensi cahaya yang tampak.
Alam semesta mula-mula dalam keadaan mampat, tidak mantap dan meledak
melemparkan gumpalan besar dan melayang dari tempatnya. Mengembang
bergerak menjauh. Maka terbentuklah galaksi, sebagian memadat menjadi planet-
planet. Bila jarak antara galaksi dapat ditentukan, maka umur jagat raya atau alam
semsesta ini dapat ditentukan. Dengan jalan membagi jarak dengan kecepatan
mengembangnya mengembangnya. Emenurut perhitungan ilmu alam semesta ini
berkisar antara sepuluh sampai dengan lima belas miliar tahun.
            Dalam sircuit balap mobil pada jalan yang bertolak, dibuat miring.
Rancangan semacam ini untuk mengimbangi gaya sentrifugal ketika mobil bergerak mendekatinya. Telaah pasangan gaya dan kecepatan gerak melingkar ipelajari dengan baik dalam hukum. Mekanika tentang gerak, demikian pula menurut hukum interaksi gaya tarik menarik pada benda langit yang dasarnya telah dikemukakan oleh Sir Isaac Mewton (1645-1727) dan Johanes Kepler (1571-1650)
            Jika alam semesta dimulai dengan ledakan, maka pada saat meledak merupakan awal perubahan, sehingga alam semesta memuai, tetapi gaya tarik menarik antar galaksi akan memperlambat pemuaian itu, akhirnya berhenti dan bergerak ke arah sebaliknya, ialah mengerut. Alam semesta bergerak kembali keadaan dasarnya, kemudian meledak, lalu memuai. Peristiwa ini akan terulang kembali.
            Jadi? Mungkinkah alam semesta yang kita kenal saat ini merupakan pengulangan alam semesta masa lampau?
            Bangsa Mesir telah memanfaatkan susunan bintang untuk menyusun penanggalan, ssolah-olah melihat keabdian dan keteraturan bintang-bintang. Yang ternyata bintang tersebut mengalami perubahan, evolusi dan kematian bila seperti halnya bumi dan yang lainnya.
            Kapankah alam semesta ini berakhir?
            Beberapa perhitungan telah dilakukan dengan beberpa pengandaian yang ideal, tetapi disadari masih perupakan materi yang belum terpecahkan secara pasti.
4.      Teori Terbentuknya Alam Semesta
Alam semsta terdiri mikrokosmos dan makrokosmos
a. Teori dentuman besar (Big-bag Theory)
Teori ini berlandaskan dari anggota adanya masa yang sangat besar dan
mempunyai berat jenis yang sangat besar, meledak dengan dahsyat sebagai akibat dari reaksi inti. Kemudian masa berserak dan mengembang dengan sangat cepat menjauhi pusat ledakan. Teori ini didukung oleh pengamatan yang membenarkan bahwa galaksi-galaksi itu memang bergerak menjauhi titik pusat yang sama. Setelah berjut-juuta tahun, masa yang berserakan itu berbentuk kelompok-kelompok galaksi seperti yang terjadi sekarang ini.
Menurut teori ini, ada beberapa masa yang penting selama terjadinya alam semesta, yaitu :
-       Masa batas dinding Planck, yaitu masa pada saat alam semesta berumur 10-43 detik berdasarkan penghitungan Planck
-       Masa Jiffi, yaitu pada saat alam semesta berumur 10-23 detik, dengan jari-jari alam semesta 10-13 cm dengan kerapatannya 1055 kali kecepatan air
-       Masa Quark, yaitu masa pada saat alam semesta berumur 10-4 detik. Pada masa ini partikel-partikel saling bertumpang tindih dan tidak berstruktur serta diikulti dengan terbentuknya Hadron yang mempunyai kerapatan 109 ton tiap cm3
-       Masa pembentukan Lipton, yaitu masa pada saar alam semesta berumur setelah 10-4 detik
-       Masa Radiasi, yaitu pada masa saat alam semesta berumur 1 detik sampai satu juta kemudian pada saat terbentuknya fusi hidrogen menjadi helium mempunyai suhu 109 derajat Kelvin. Pada saat umur alam semesta berumur 105 sampai 106 tahun mempunyai suhu 3000 derajat Kelvin
-       Masa pembentukan galaksi, yaitu pada usia alam semesta 108-109 tahun. Pada saat usia ini galaksi masih berupa kabut pilin yang berputar membentuk piringan raksasa
-       Masa pembentukan tat surya yaitu pada usia 4,6 x 109 tahun
b. Teori Ekspansi dan Kontraksi
Setelah diketahui radial galaksi-galaksi menjauhi umi yang dihubungkan
denga jarak galaksi-galaksi dengan bumi dari hasil pemotretan satelit, maka
disimpulkan makin jauh jarak galaksi terhadap bumi mkain cepat galaksi tersebut
bergerak menjauhi bumi.
            Dalam masa ekspansi (mengembang) terbentuklah galsi-galaksi dan
bintang-bintang.  Ekspansi (pengembangan ini) didukung oleh adanya tenaga
yang bersumber dari reaksi inti hidrogen yang akhirnya akan membentuk
menyusutdengan mengeluarkan tenaga berupa panas yang sangat tinggi.
            Teori dentuman besar maupun teori ekspansi dan kontraksi ternyata
mendukung teori yang menyatakan bahwa partikel yang ada di zaman ini berasal
dari partikel yang ada pada zaman dahulu. Berdasarkan teori ekspansi dan
kontraksi maka dapat diketahui bahwa alam semesta tidak berawal dan tidak
berakhir.
c. Ahli-ahli Pengamat Makrokosmos
            Galileo (1564-1642) ia dapat mengamati benda-benda makrokosmos
dengan teleskop yang diciptakannya.
            Immanuel Kant dan Laplace menciptakan teori kondensasi. Teori ini
kemudian disempurnakan oleh Gerald P Kuiper dan CF. Van Wiszacker. Teori
kondensasi menyatakan bahwa semula ada kabut gas dan debu (nebula). Karena
dingin menjadi menyusut, berputar semakin cepat sehingga berbentuk pipih
seperti cakram. Kebanyakan bahan berada ditengah dan membentuk matahari,
sedangkan bahan yang keluar membentuk planet-planet. Andaikata tatasurya t
ersebut sesuai dengan teori ini, tentulah alam semesta ini terdapat banyak
tatsurya.
d. Ahli-ahli Pengamat Mikrokosmos
            Robert Hooke (1665) dengan mikroskop ciptaanya, ia melihat bahwa
gabus tersusun atas gelembung berdinding, mirip sarang lebah yang disebut sel.
Gelembung-gelembung kecil itu berisi bahan kehidupan.
            Euglena (organisme bersel tunggal) dapat diamati dengan mikroskop yang
diperbesar 1000 kali. Hasil dari pengamatan itu ternyata dapat diterapkan pada
organisme tingkat seperti manusia. Sehingga proses kehidupan dapat dipelajari.
            Freicdrich Miescher(1869) ahli bio kimia. Ia mampu memisahkan suatu
zat dari inti sel. Sekarang zat itu dikenal dengan nama asam deoksiri bonykleat
(DNA) yang merupakan mata rantai antara zat bernyawa dan tak bernyawa.
            Maurice Wikins (1950) ahli biofisika, meneliti rahasia kehidupan yang
menyangkut perbanyakan diri atau berkembang, dengan bantuan kristalografi
sinar x untuk mengetahui struktur DNA.
            James Waston (1953) ahli biologi dan Prancis Crickahli fisika. Menurut
struktur DNA merupakan pilin rangkap yang terbelah menjadi dua.
            Max Perutz dan Jhon Kendrow mereka menganalisis dua protein yaitu
mioglobin dan hemoglobin. Dewasa ini penemuannya berguna untuk
memecahkan masalah anemie sel sabit,yang ternyata disebabka oleh formaso
hemoglobin yang tidak normal.
e. Ahli-ahli yang Meramalkan Umur Alam Semesta
Lord Rutherford (1970)
            Menurut laju pelapukan zat radioaktif sangat teratur dan ia menyatakannya
dalam waktu penuh. Jika setiap atom uranium melapauk menjadi atom timbul
yang stabil meninggalkan delapan atom helium. Untuk mengetahui umur suatu
batuan, kita tinggal menghitung atau mengukur banyaknya uranium dan helium
yang ada didalam batuan tersebut. Sejak diketemukan isotop radioaktif, umur
batuan dapat ditentukan dengan lebih teliti, dengan cara membandingkan waktu
paruh unsur-unsur isotop radio aktivitas yang terkandung didalam batuan itu.

Willard F. Libby (1946)
            Menurutnya setiap tumbuhan menghisap karbon dioksida (CO2) dan secara kimiawi membentuk bagian strukturnya. Tetapi jika tumbuhan itu mati C14 yang dikandungnya akan  beku dan lapuk secara radioaktif. Karena setiap organisme hidup mengandung karbon (C) maka metode Libby dapat dipakai untuk menentukan umur dari makhluk yang pernah hidup.
            Mneurut ahli fisika, alam semesta berawal dari unsur hidrogen, sedang unsur lainnya sintesis yang terjaadi di dalam planet, awal sintesis bumi diperirakan 15 Miliar tahun yang lalu. 




















BAB  IV
METODE ILMIAH, SIKAP ILMIAH
DAN LANGKAH – LANGKAH
OPERASIONAL METODE ILMIAH

  1. Metode Ilmiah
            Pada uraian di muka kita telah mengetahui adanya perkembangan pola piker
manusia di mulai dari zaman babylonia ( kurang lebih 650 SM ) di mana orang percaya kepada mitos, ramalan nasib berdasarkan ilmu perbintangan. Bahkan percaya adanya banyak dewa, ada dewa angina, dewa matahari, dewa petir dan sebagainya. Pengetahuan itu mereka peroleh dengan berbagai cara, antara lain:
(1)   Prasangka, yaitu suatu anggapan benar padahal merupakan kemungkinan benar atau kadang – kadang malah tidak mungkin benar.
Contoh: pada zaman babylonia, orang prcaya bahwa hujan dapat turun dari surga sampai ke bumi melalui jendela- jendelah yang ada di langit, dengan prasangka orang mengambil keputusan yang keliru. Prasangka hanya berguna untuk mencari kemungkinan suatu kebenaran
(2)   Intuisi, yaitu suatu pendapat seseorang yang di angkat dari   perbendaharaan pengetahuanya terdahulu melalui suatu proses yang tak di sadari, jadi, seolah – olah begitu saja muncul pendapat iitu tanpa di piker. Pengetahuan yang di capai dengan cara demikian sukar di percaya, ungkapan- ungkapan sering jg masuk akal namun belum tentu cocok dengan kenyataan
(3)   Trial and Error , yaitu metode coba – coba atau untung – untungan. Cara ini dapat di ibaratkan sperti seekor kera yang mencoba merahi pisang dalam sebuah kerangkeng dari percobaan kohler, seorang psikolog jerman. Kera itu dengan cara coba – coba akhirnya dapat jg meraih pisang dengan menngunakan tongkat.
            Pengetahuan pada manusia yang di peroleh melalui cara ini banyak sekali, yaitu sejak zaman manusia purba sampai sekarang. Banyak pula penemuan hasil” trial and error” sangat bermanfaat bagi manusia, misalnya, di temukanya rendaman kulit kina untuk obat malaria. Penemuan dengan cara coba – coba ini jelas tidak efisien sebagai suatu cara untuk mencari kebenaran.
            Pada zaman yunani orang cenderung untuk mengikuti ajaran dari para ahli piker ataupun para penguasa. Namun, ajaran – ajaran ini ternyata banyak yang keliru karena ahli – ahli piker itu terlalu mengandalkan atas pemikiran atau akal sehat, dan kebenaran yang di anut itu adalah yang masuk akalnya. Contohnya, setiap hari kita lihat matahari terbit dari timur lalu terbenanm di barat. Maka masuk akallah bila di katakana bahwa matahari beredar mengelilingi bumi. Contoh lain, bila kayu di bakar maka berubah menjadi api, uadara, dan abu ( tanah) maka menurut akal sehat unsure dasar pembentuk kayu itu adalah tanah, api dan udara.
            Pengetahuan yang di dapat dengan cara – cara tersebut di atas termasuk pada golongan pengetahuan yang tidak ilmiah. Lalu bagaimanakah pengetahuan yang ilmiah atau yang di sebut ilmu pengetahuan itu? Jawabanya singkat dari pertanyan tersebut di atas adalah sebagai berikut:
            Pengetahuan di katakan ilmiah bila pengetahuan memenuhiempat syarat, yaitu: objektif , metodik, sistematik, dan berlaku umum.
  1. Objektif, artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya. Maksudnya adalah bahwa  kesesuaian atau di buktikan dengan hasil pengindraan atau empiri
Contoh : Galileo dapat di anggap tokoh perintis ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan alam karena ia berani menentang kepercyaan yang ada pada masa itu berlawanan dengan hasil pengamatanya. Ia mengjarkan kepada murid –muridnya untuk tidak begitu saja ajaran aristoteles dan hendaknya melakukan esperimen serta membuat kesimpulan atas hsil opservasinya itu. Singkatanya, Galileo mendambakan kebenaran yang objektif atas dasar empiri.
  1. Metodik, artinya pengetahuan itu di peroleh dengan  menggunaka cara – cara tertentu dan terkontrol
  2. sistematik , pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu system , tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lain yang berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh.
  3. berlaku umum , artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat di amati oleh seseorang atau oleh beberapa oranag saja, tetapi semua orang dengan cara esperimen tasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.
Contoh: melalui teropongnya Galileo menemukan adanya gunung – gunung di bulan. Pengetahuan ini tak hanya berlaku bagi Galileo tetapi setiap orang bila menggunakan teropong yang sama dengan cara yang sama akan memperoleh pengetahuan yang sama,yaitu bahwa di bulan ada gunung “
      Di tijau dari sejarah cara berfikir manusia, pada dasarnya terdapat dua cara pokok untuk memperoleh pengetahuan yang benar, ialah
  1. cara yang di dasarkan pada rasio, paham yang di kembangkan di kenal dengan rasionlisme, dan cara yang di dasarkan pada pengalaman  , paham yang di kembangkan di sebut empirisme.
a . Rasionalisme
            Dercartes adalah pelopor dan tokoh rasionalisme. Menurut dia, rasio merupakan sumber dan pangkal dari segala pengertian hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang pada kebenaran dan dapt memberi pimpinan dalam segala jalan pikiran .
Dalam menyusun pengetahuanya kaum rasionalis mempergunakan metode deduktif. Dasar pikiran yang di gunakan dalam penalaranya di peroleh dari ide yang menurut anggapanya sudah jelas, tegas dan pasti, dalam pikitran “ mengetahui” ide tersebut, tetapi manusia tidak menciptakanya. Sbelum manusia berusaha untuk memikirkanya , ide atau prinsib ini sudah ada.
            Menurut kaum rasionalis fungsi pikiran manusia hanyalah mengenai ide atau prinsip tersebut, dan kemudian menjadi pengetahuanya . ide / prinsip yang sebelumnya memang sudah ada dan bersifat apriori tersebut , dapat di ketahui manusia lewat kemampuan berfikir rasionalnya. Menurut pengalaman mereka pengalaman tidak menghasilakan prinsib , tetapi sebaliknya , dengan mengetahui prinsip yang di peroleh lewat penalaran rasional, maka manusia dapat mengerti kejadian yang terjadi atau yang berlaku dalam alam sekitarnya.
      Masalah utama yang terdapat dalam rasionalisme adalah evaluasi terhadap kebenaran dasar – dasar pemikiran atau alasan – alasan yang di gunakan dalam penalaran deduktif. Dasar – dasar penalarantersebut semuanya bersumber pada penalaran rasional yang bersifat abstrak, terlepas dari segala pengalaman . dengan demikian , maka pemikiran rasional cenderung untuk bersifat subjektif dan solipsistic, iyalah hanya benar dalam kerangka pemikiran tertentu yang berada dalam otak orang yang berfikir tersebut. 

b. Empirisme
Kaum empirisme berpendapat bahwa pengetahuan manusia tidak di peroleh oleh penalaran rasional yang abstrak, tetapi lewat pengalaman yang konkret.menurut anggapan mereka, gejala – gejala alam bersifat dan dapat di nyatakan lewat tangkapan panca indra. Bagi kaum empirisme , pernyatan ada dan tidaknya sesuatu harus memenuhi persyaratan pengujian. Pengujian kebenaran – kebenaran dari fakta atau obyek tersebut harus di dasarkan pada pengalaman manusia.
             Kaum empirisme berpegang pada prinsip ke serupaan. Pada dasarnya alam adalah teratur. Gejala – gejala alam berlangsung dengan pola- pola tertentu. pengetahuan tentang alam di dasarkan pada persepsi mengenai hal tersebut. Dengan mengetahui bagaimana sesuatu terjadi di masa lalu, atau dengan mengetahui tingkah laku benda – benda tersebut sekarang, maka kita dapat meramalkan kemungkinan tingkah lakunya di masa mendatang
            Kaum empiris juga prinsip – prinsip keserupaan, gejala – gejala berdasarkan pengalaman adalah identik atau sama, maka dapat di buat kesimpulan yang bersifat umum mengenai hal tersebut. Dengan demikian maka di mungkinkan menyusun pengetahuan yang berlaku terhadap gejala – gejala yang bersifat individual
            Dalam menyusun pengetahuan secara empiris timbul berbagai masalah, di antaranya adalah bahwa pengetahuan yang di kumpulkan tersebut cenderung merupakan kumpulan yang satu sama lainya belum tentu cocok. Bahkan mungkin terdapat hal-hal yang kontradiktif dengan demikian maka kumpulan fakta ataupun rangkaian dari bebagai fakta belum tentu menunjukan pengetahuan yang sistematis.
Terdapat juga masalah yang bersangkutan dengan hakekat pengalaman. Kaum empiris sendiri tidak dapat memberikan jawaban yang meyakinkan tentang hakikat pengalaman ini, merupakan stimulus panca indra, persepsi, ataukah sensasi. Mereka Merupakan gejala yang di perolehdengan panca indra. Dapatkah panca indra ini diandalkan sebagai alat yang nyata? Kita semua telah mengetahui bahwa kemanpuan panca indrasangat terbatas dan tidak sempurna. Segala sesuatu yang di laporkan dari hasil kerja panca indra ini tidak selalu benar.

  1. Sikap Ilmiah
            Salah satu aspek dalam mempeljari ilmu alamiah adalah pembentukan sikap ilmiah. Orang yang berkecimpung dalam ilmu alamiah atau terbentuk sikap ilmiah yang anatara lain:
    1. jujur
            Seorang ilmuan wajib melaporkan hasil pengamatanya secara obyektif, seorang ilmuan dalam kehidupan sehari hari mungkin saja tidak lebih jujur dari manusia lainya tetapi dalam hal penelitian ilmiah ada hal – hal yang memaksa pada ilmuan, yakni yang kita sebutfaktor control.



            Di samping control internal ada pula control eksternal. Dalam hal ini ilmuan lain akan mengulangipenelitian ilmuan pertama dengan kondidsi di buat serupa. Seterusnya ilmuan ketiga dapat pula menguji penelitian di atas. Karena itu laporan ilmuan haruslah sejujur jujurnya dan penelitian menjadi terbuka untuk pengulangan. Memeng seorang ilmuan harus jujur dalam melaksanakan laporan penelitianya.

2) Terbuka
Seorang ahli endokkrinologi ( ilmu kelenjar dalam ) untuk hewan amfibia, john cortelyou telah di pilih sebagai sekretaris suatu organisasi suatu yang baru. Organisasi ini khusus di dirikan bagi ilimuan katolik. Tindakan pertama yang di lakukan john cortelyou
Ialah membubarkan organisasi itu. Waktu di mintak pertanggung jawaban ia berkata, tidak ada kodok katolik di dunia ini”
            Seorang ilmuan mempunyai pandangan luas, terbuka, bebas dari praduga, ia meyakini bahwa prasangka, kebencian baik pribadi maupun golongan dan pembunuhan adalah sangat kejam.ia tidak akan berusaha memperoleh dugaanbagi buah pikiranya atau dasar prasangka. Ia akan terus beruasaha mengetahui kebenaran tentang alam, materi, moral,politik, ekonomi dan tentang hidup. Ia tidak akan meremehkan gagasan baru. Ia akan menghargai setiap gagasan baru dan mengujinya sebelum di terimah atau di tolak. Jadi ia akan terbuka akan pendapat orang lain

3) Toleran
            Seorang ilmuan tidak merasa bahwa ia paling hebat. Ia bahkan bersedia mengakui bahwa orang lain mgkin lebih banyak pengetahuanya, bahwa pendapat mungkin aj salah, sedangkan pendapat orang lain mgkin benar. Ia bersedia menerima gagasan orang lain setelah di uji. Dalam usaha menambah ilmu ia berusaha belajar dari orang lain, memperbandingkan pendapatnya dengan orang lain, ia tidak akan memaksakan pendapatnya dengan orang lain, ia mempunyai tenggang rasa atau sikap toleran yang tinggi jauh dari sikap angkuh

4) Skeptis
            Ilmuan pencari kebenaran akan bersikap hati – hati meragui, skeptes. Ia akan menyelidiki bukti – bukti yang melatarbelakangi suatu kesimpulan, ia tidak akan sinis tetapi kritis untuk memperoleh data menjadi dasar suatu kesimpulan tanpa di dukung bukti – bukti yang kuat
            Sikap skeptis ini perlu di kembangkan oleh orang yang beniat memecahkan masalah . bila ia tidak kritis mengenai  setiap informasi yang ia peroleh, mungkin ada informasi yang salah hingga menimbulkan akibat suatu kesimpulan yang salah, karena itu, setiap informasi perlu di uji kebenaranya perlu di cek informasi memerlukan verifikasi, setelah bukti – bukti cukup, ilmuan baru boleh mengambil kesimpulan dan akhirnya memberikan keputusan.



5) Optimis
            Seorang ilmuan selalu berpengharapan baik, ia tidak akan berkata bahwa sesuatu itu tidak dapat di kerjakan tetapi akan mengatakan, “ berikan saya sesuatu kesempatan untuk memikirkan dan mencoba mengerjakan” ia selalu optimis
Rasa humor seorang ilmuan ada hubunganya tingkat kecerdasan maupun sikap optimis seseorang. Jonh von neuman seorang ahli matematika di tugaskan membuat computer untuk perhitungan yang di perlukan sewaktu membuat bom hydrogen. Setelah selesai pesawat itu di serahkan dan di coba di gunakan, maka alat itu iya beri nama mathematic analyzer, Numerical Integrator and computer, di singkat MANIAC.
6) Pemberani
            Ilmu merupakan hasil usaha keras dan sifatnya personal. Ilmuan sebagai pencari kebenaran akan berani melawan semua ketidak benaran, penipuan, kepura- puraan, kemunafikan, dan kebatilan yang akan menghambat kemajuan.
            Keberanian Copernicus, Galileo, dan scrates telah banyak di ketahui orang. Copernicus dan Galileo di sisihkan karena tidak mempercayai bahwa bumi adalah pusat alam semesta, tetapi menganggap mataharilah yang menjadi pusat tempat bumi dan planet – planet lainya berputar. Socrates memilih mati meminum racun daripada menerima hal yang salah.
            Professor Peabody memberikan kuliyah terakhir tentang “ perawatan orang sakit “kuliah ini sangat jelas, penuh rasa belas kasih, sehingga berkali – kali di cetak ulang. Pada saat kuliyah itu ia baru berumur 46 tahun, segar bugar kelihtanya.uraian kuliyahnya sangat berisi, ceramat, dan di sampaikan dengan pasih. Pendengaranya tidak mengetahui bahwa di balik ketenangan itu pea body menghidap kanker ganas yang telah di derita, di tekuni, dan di pahami spenuh arti medis mengenai setiap gejala kanker yang di alaminya, sehari sebelum ia meninggal ia menulis sendiri menulis laporan penyakitnya itulah ketabahan ilmuan yang dapat di tunjukanya.
7) Kreatif
Ilmuan dalam mengembangkan ilmunya kreatif.louis Al-Veres, ilmuan fisika Berkeley juga pemanin golf mengkreasi’ analisator strobes kop’ untuk meningkatkan cara bermain golf. Dengan alat itu pada pemukulan golf fase-fase gerak dapat dipeljari setiap pukulan dapat di teliti. Kepada presiden Eisen Hower, yang juga terkenal pemain golf, yang menghadiahkan alat serupa sejak itu ia memegang peten untuk pembuatan analisator stroboskop tadi
            Sifat – sifat yang tersebut di atas menunjukan kepada kita arah tujuan yang hendak di capai seseorang yang hendak menumbuhkan sikap ilmiah pada dirinya . tidak seorangpun di lahirkan memiliki sikap ilmiah. Mereka yang telah berperoleh sikap itu telah berbuat dengan usaha yang sungguh – sungguh.
            Jiwa dari sikap ilmiah , sebagaimana jiwa sikap – sikap yang lain mungkin di resapi lebih dari pada yang di ajarkan jiwa atau semangat itu sering di dapatkan dari pergaulan seseorang dengan seseorang yang telah berhsil, mengembangkan semngat itu dalam hidupnya. Kecuali dari pengalaman bergaul , sikap itu dapat di tumbuhkan dan di bentuk dengan membaca riwayat hidup ( bio grafi ) atau lebih baik tulisan- tulisan ilmuan besar dunia. Dengan membaca bio grafi mereka, anda akan mendapatkan dorongan dan minat baru karena di samping mengetahui keberhasilan mereka, anda akan melihat kelemahan manusia walaupun ilmuan besar sekalipun. Anda mendapatkan keuntungan dari kekurangan mereka dan meniru kebesaran mereka.dengan mempelajari kehidupan orang itu , anda akan menghargainya dan penghargaan itu hanya karena mereka tetep mnusiawi anda akan mengetahui keberhasilan sikap ilmiah sebagai suatu pendekatan untuk memecahkan masalah, walaupun sikap itu tidak anda kembangkan secara sempurna.
Anda sangat di anjurkan membaca beberapa biografi ilmuan besar yang telah menyumbangkan karyanya bagi kesejahteraan umat manusia, sperti misalnya : Pasteur marie curie, issac newton, Archimedes, eistein, Galileo, Lavoisier, mendelejef Rutherford,bohr, pauling, kopernicus, Harvey,mendel, fleming, dan sebgaiya. Perkembanagan sains adalah akibat kegiatan manusia seperti mereka itu

Ilmu pengetahuan alam kualitatif dan kuantitatif

            Telah kita ketahui bahwa  penemuan penemuan yang di dapat oleh Copernicus sampai Galileo pada awal abad ke 17 merupakan perintis ilmu pengetahuan.artinya ialah bahwa penemuan – penemuan itu di dasarkan empiris dengan metrode induksi yang objektif dan bukan atas dasar deduksi filosofis sperti zaman yunani atau berdasarkn mitos sperti pada zaman babylonia. Penemuan penemuan itu misalnya aja bahwa di bulan terdapat gunung- gunung , Jupiter mempunyai empat buah bulan, di matahari terdapat bercak hitam yang dapat di gunakan untuk mengukur kecepatan rotasi matahari dan sebagainya.
Penemuan – penemuan semacam ini kita sebut sebagai ilmu pengetahuan alam yang sifatnya kualitatif ilmu pengtahuan alam yang kualitatif ini tidak dapat menjawab pertnyaan yang sifatny kausar atau hubungan sebab akibat , ilmu pengetahuan alam kualitatif itu hanya menjawab pertanyaan tentang hal” yang sifatnya factual. Unruk memperoleh jawaban dari pertanyaan tentang hal – hal yang sifatnya kausar di perlukan hitungan secara kuantitatif.
Contoh : seseorang memelihara bebek dengan makanan tradisional biasa, bebek bertelur 15 butir dalam sebulan. Kemudian orang itu menambhkan keong racun sebagai makanan tambahan bagi bebeknya ternyata lebih banyak dari 20 butir sebulan. Dari kenyataan ini belum dapat di tarik kesimpulan adanya pengaruh penanbngan keong racun itu terhadap kenaikan jumlah telur bebek, karena masih bersifat kasus, artinya mungkin asaja itu sesuatu kebetulan terjadi pada seekor bebek ( kasus ).
            Namun apabila percobaan ini dilakukan terhadap 1000 ekor bebek dan 999 ekor bebek berkelakuan seperti kasus tersebut diatas, maka kemungkinan besar bahwa memang benar itu berlaku umum sehingga dapat disimpulkan bahwa memang ada pengaruhnya penambahan makanan keong racun terhadap jumlah telur yang dihasilkan.
            Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan induksi ( eksperimentasi ) dan deduksi ( perhitungan matematik atau statistik . Jadi, ilmu pengetahuan dalam kuantitatif adalah ilmu pengetahuan alam yang dihasilkan oleh metode ilmiah yang didukung oleh data kuantitatif dengan menggunakan statistic. Ilmu pengetahuan alan kuantitatif ini dapat disebut juga sebagai ilmu pengetahuan alam modern.

  1. Langkah-langkah Operasional Metode Ilmiah
Salah satu syarat ilmu pengetahuan ialah bahwa pengetahuan materi itu harus
diperoleh melalui metode ilmiah. Ini berarti bahwa cara memperoleh pengetahuan itu menentukan apakah pengetahuan itu termasuk ilmiah, yaitu yang bercirikan objektivitas, konsisten dan sistematik.
            Langkah-langkah operasionalnya adalah sebagai berikut :
  1. Perumusan Masalah
Yang dimaksud masalah disini adalah merupakan pertanyaan apa, mengapa ataupun bagaiman tentang objek yang diteliti. Maslah ini harus jelas batas-batasnya serta dikenal factor-faktor yang mempengaruhinya.
  1. Penyusunan Hipotesis
Yang dimaksud hipotesis adalah suatu pernyataan yang menunjukkan kemungkinan-kemungkinan jawaban untuk memcahkan masalah yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, hipotesis merupakan dugaan yang tentu saja didukung oleh pengetahuan yang ada. Hipotesis juga dapat dipandang sebagai jawaban sementara dari permasalahan yang harus diuji kebenarannya dalam suatu observasi atau eksperimentasi.
  1. Pengujian HIpotesis
Yaitu berbagai usaha mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang telah diajukan untuk dapat memperlihatkan apakah fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak. Fakta-fakta ini dapat diperoleh melalui pengamatan langsung dengan mata atau melalui teleskop atau dapat juga melaluui uji coba atau eksperimentasi, kemudian fakta-fakta ini dikumpulkan melalui pengindraan.
  1. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan didasarkan atas penilaian melalui analisis dari fakta-fakta ( data ), untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan itu diterima atau tidak. Hipotesis itu dapat diterima bila fakta0fakta yang dikumpulkan itu mendukung pernyataan hipotesis. Bila fakta-fakta tidak mendukung , maka hipotesis ini ditolak. Hipotesis yang diterima merupakan suatu pengetahuan yang kebenarannya telah diuji secara ilmiah dan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan.
            Keseluruhan langkah-langkah tersebut diatas harus ditempuh melalui urutan yang teratur, dimana langkah yang satu merupakan landasan bagi langkah berikutnya. Dari keterangan-keterang tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan yang disusun secara sistematis, berlaku umum dan kebenarannya telah teruji secara empiris. Dimana kesimpulan itu didasarkan juga bagaimana baiknya kesimpulan itu cocok dengan gagasan sebelumnya.
Di dalam ilmi alamiah suatu kesimpulan bersifat sementara(tentatife). Kesimpulan adalah sesuatu yang harus diuji. Pengujian-pengujian seperti itu memerlukan data tambahan. Dengan demikian generalisasi baru akan diperoleh, dan terjadilah proses yang berkesinambungan, secara terus menerus dan dengan demikian akan diperoleh kemajuan.
Suatau generalisasi akan diuji dengan perhitungan apa yang akan terjadi bilaman generaliasasi itu benar dan kemudian dilakukan observasi, apakah perkiraan itu dibenarkan oleh pengalaman. Walaupaun generalisasi telah dibuktikan kebenarannya, generalisasi itu boleh dianggap sebagai suatu hokum., sampai generalisasi itu benar-benar telah menunjukkan bahwa semua generalisasi lain yang mungkin akan tidak berlaku terhadap pengujian berdasarkan pengalaman itu.
Bagaimana dapat diperoleh guna pengujian terhadap generalisasi tersebut? Data ( catatn obsevasi secara teliti ) dapat diperoleh dengan observasi bebas (bare observation) yaitu observasi yang dilakukan dalam kondisi yang tidak terkendali (uncontrolled observation) dan dengan kedua observasi eksperimental (Experimental observasion) yaitu  observasi yang dilakukan dalam kondisi terkendali (Controlled condition).
Walaupun data ilmu alamiah dimungkinkan dapat dihasilkan dari observasi bebas, pengalaman menunjukkan bahwa ilmu alamiah berkembang dengan baik bilmana data obsevasi sperti tiu dilengkapi dengan data eksperimen. Eksperimen dilakukan karena kemampuan observasi kita biasanya begitu tidak sempurna atau pengalamn itu sangat terbatas.
Data yang diperoleh dianggap sah apabila kedua observasi itu dapat diulangi oleh pengamatan yang lain. Kecermatan dan kejujuran merupakan persyaratan bagi pencari kebenaran.
Data yang diperoleh dari observasi tersebut dikumpulkan, dipilih, disusun dan dikelompokkan dengan hasil bahwa keteraturan tertentu atau generalisasi menjadi tampak jelas. Berdasarkan atas perturan yang demikian itu. Adapun menurut menurut Drs. Maskoeri Jasin langkah-langkah penerapan metode ilmiah itu ada tiga yaitu :
1)      Menentukan dan memberikan batasan kepada masalah
Masalah yang dihadapi atau ditemukan ketika mengadakan kontak dengan fakta dan gejala alam harus diketahui dengan pasti. Kemudian disusun suatu rumusan yang tepat akan masalahnya. Ini akan memberi bantuan dalam mencari jalan menemukan data, yakni fakta-fakta yang terorganisasi yang relevan untuk memecahkan masalah itu. Pengalaman menunjukkan bahwa sering kali kita telah mengumpulkan data tanpa mengetahui dengan tepat masalah yang kita hadapi secara benar.

2)      Menentukan Hipotesis atau rumusan pemecahan masalah yang bersifat sementara
            Adapun dua pendekatan untuk memperoleh hipotesis, atau dugaan yang mungkin benar yaitu rumusan atau pernyataan untuk memcahkan masalah. Pendekatan pertama, yang disebut pendekatan Induksi, diawali dengan pengumpulan data yang didapat dari observasi dan kemudian menggunakan data itu sebagai dasar perumusan hipotesis (jamak hipotesa). Metode Deduktif, sebagai pendekatan yang kedua, dimulai dengan hipotesis, bukan dari pengumpulan data. Jadi pendekatan deduktif itu merupakan lawan dari pendekatan induktif., keduanya akan saling melengkapi.

3)      Menguji dan mangadakan verifikasi kesimpulan
            Salah satu unsur keberhasilan ilmu alamiah dasar dalam memecahkan masalah ialah tidak menerima kesimpulan-kesimpulannya sendiri, tidak memandang bagaimana dapat dipercaya atau luasnya data sampailah kita pada suatu generalisasi atau sifat keteraturan, yaitu suatu pernyataan umum berhubung dengan perilaku yang umum bagi sejumlah besar hal (kasus). Genralisasi itu sekadar menyatakan apa yang kita harapkan akan terjadi dlam kondisi tertentu karena generalisasi itu selalu terjadi dalam kondisi tersebut. Bila kondisi baru diketemukan, pernyataan umum yang disebut hukum akan di revisi untuk memperhitungkan pula kondisi itu.
            Tidak ada pendapat manusia yang sempurna, karena itu tidak ada generalisasi yang dianggap sempurna, walaupun generalisasi itu berdasarkan data yang sangat sempurna. Semua generalisai keilmuan dapat diselidiki secara kritis oleh banyak peneliti, dan dalam kondisi tertentu mungkin generalisasi itu tidak benar. Generalisasi yang tahan terhadap ujian waktu dan pengalaman, diterima sebagai hal yang benar dan disebut hukum. Kebanyakan hukum telah revisi bila ada informasi yang diperlihatkan.bahwa hukum-hukum itu tidak tepat atau kurang mencukupi.
            Hukum sipil dapat diubah atau dihapuskan. Seseorang dapat saja berlaku berlawanan dengan hukum atau aturan-aturan tanpa mendapat hukuman. Dan dalam kenyataannya sukar sekali hidup tanpa melawan hukum itu. Hukum sipil memrlukan dukungan pendapat publik agar hukum bisa berlaku efektif. Hukum sipil mencakup suatu perintah atau kewajiban sedagkan hukum keilmuan merupakan suatu pernyataan, uraian dan bukan suatu perintah.

4)      Keterbatasan dan Keunggulan Metode Ilmiah
a)      Keterbatasan
            Dengan metode ilmiah dapat dihasilkan pengetahuan yang ilmiah. Kita telah mengetahui bahwa data yang digunakan untuk mengambil kesimpulan itu berasal dari pengamatan. Kita mengetahui pula bhahwa panca indra kita juga mempunyai keterbatasan kemampuan untuk menangkap suatu fakta sehingga kita disangsikan lagi bahwa fakta-fakta yang dikumpulkan adalah keliru sehingga kesimpulan yang diambil dari fakta-fakta yang keliru itu juga akan keliru. Jadi, kemungkinan keliru dari suatu kesimpulan ilmiah atau denga kata lain kebenaran ilmu pengetahuan termasuk ilmu pengetahuan alam (IPA) bersifat tentatif. Artinya sebelum ada kebenaran ilmu yang dapat menolak kesimpulan itu, maka kesimpulan itu dianggap benar. Sebaliknya, kesimpulan ilmiah yang dapat menolak kesimpulan terdahulu menjadi kebenaran ilmu yang baru, sehingga tidak mustahil suatu kesimpulan ilmiah bisa saja berubah sesuai perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Tidak demikian halnya dengan pengetahuan yang didapat dari wahyu Illahi. Kebenaran dari pengetahuan ini bersifat mutlak, artinya tidak akan berubah sepanjang masa.
Metode ilmiah memang tidak sanggup menjangkau untuk menguji adanya Tuhan:
metode ilmiah juga tidak dapat menjangkau untuk membuat kesimpulan berkenaan dengan baik dan tidak buruk atau sistem niali, juga tidak dapat enjangkau tentang seni dan keindahan.

b)      Keunggulan
            Seperti telah dijelaskan dimuka cir khas ilmu pengetahuan (termasuk IPA) yang sifatnya objektif, metodik sistematik dan berlaku umum itu akan membimbing kita pada sikap ilmiah yang terpuji sebagai berikut :
1.      Mencintai kebenaran yang objektif, bersikap adil dan itu semua menjurus kearah hidup yang bahagia
2.      Menyadari bahwa kebenarab ilmu itu tidak absolut, hal dapat menjurus kearah mencari kebenaran itu terus menerus
3.      Dengan ilmu pengetahuan, orang lalu tidak percaya pada tahayul, astrologi merupakan untung-untungan karena segala sesuatu di alam semesta ini terjadi melalui suatu proses yang teratur
4.      lmu pengetahuan membimbing kita untuk tidak berfikir secara prasangk, tetapi berfikir secara terbuka atau objektif, suka menerima pendapat orang lain atau bersikap toleran
5.      metode ilmiah membimbing kita untuk tidak percaya begitu saja pada suatu kesimpulan tanpa ada bukti yang nyata
6.      Metode ilmiah juga membimbing kita selalu bersikap optimis, teliti dan berani membuat suatu pernyataan yang menurut keyakinan ilmiah kita adalah benar

1 komentar: