BAB III
KELAHIRAN
PENGETAHUAN
ALAMIAH MODERN
- Ilmu
dan Metode Keilmuan
Ilmu adalahh
pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri inlah yang membedakan
ilmu dan pengetahuan lainnya . salah satu ciri keilmuan adalah landasan
ontologisnya, ialah landasan yang didasarkan pada jawaban yang diberikan oleh
ilmu terhadap pertanyaan-pertanyaan :
-
“ Apakah yang ingin diketahui ilmu
“ atau “ Apakah yang menjadi bidang telaah ilmu? “ atau “ apakah objek yang
ditelaah yang membuahkan pengetahuan tersebut”.
-
“ Bagaimana ujud hakiki objek
tersebut? “
-
“ Bagaimana hubungan antara objek
tadi dan daya tangkap manusia ( berpikir, merasa dan mengindra ) yang
membuahkan pengetahuan? “
Objek penelaah ilmu adalah
seluruh segi kehidupan yang dapat diuji oleh
panca indra manusia. Ilmu
membatasi diri pada kejadia-kejadian yang bersifat empiris, ialah yang
terjangkau fitrah pengalaman manusia dengan menggunakan inderanya. Ilmu
mempelajari objek-objek empiris seperti misalnya batuan, tumbuhan, binatang
atau manusia itu sendiri dan juga gejala-gejala, peristiwa-peristiwa yang
menurut anggapannya bermanfaat bagi kehidupan manusia. Berdasarkan objek
otonologisnya ini, ilmu merupakan pengetahuan empiris. Objek dilur jangkauan
pengalaman manusia tidak termasuk bidang penelaahannya. Ilmu berorientasi pada
dunia empiris.
Dalam
usaha memperoleh pengetahuan, ilmu membuat tiga asumsi mengenai objek empiris
tersebut.
1. Ilmu berasumsi bahwa objek-objek tertentu, satu dengan yang lain
mempunyai keserupaan misalnya mengenai bentuk struktur, sifat dan sebagainya.
Berdasarkan asumsi ini kita dapat membuat klasifikasi. Kita menganggap
individu-individu dalam sesuatu kelas mempunyai mempunyai ciri-ciri yang
serupa. Hal ini disamping tidak praktis dan tidak ekonomis juga ada
kegunaannya.
2. Asumsi bahwa suatu benda dalam jangka waktu tertentu tidak
mengalami perubahan. Dengan adanya asumsi tentang kelestarian relatif dalam
jangka waktu tertentu ini, dimungkinkan untuk dilakukan pendekatan keilmuan
terhadap objek yang sedang diselidiki. Ilmu bertujuan mempelajari tingkah laku
objek dalam suatu keadaan tertentu. Kegiatan keilmuan tersebut hanya dapat
dilakuakan bila sifat-sifat pokok dari benda tersebut dalam jangka waktu
tertentu tidak berubah.
3. Asumsi bahwa gejala bukan merupakan kejadian yang bersifat kebetulan,
tetapi mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap, dengan urutan kejadian yang
sama. Ingin mempelajari hukum-hukum yang menyangkut sebagian besar populasi
yang terlibat. Kita menerima paham determinisme yang mengatakan bahwa seluruh
kejadian dalam alam ini sepenuhnya tunduk pada hukum yang berlaku meskipun
disampingnya kita menentukan batas yaitu tidka berlaku pada populasi mutlak,
tetapi hanya pada sebagian besar saja. Jadi, mungkin sekali terdapat sekelompok
kecil individu melakuakan penyimpangan dari pola umum yang berlaku. Berdasarkan
hal tersebut, berarti kita harus menggunakan penafsiran berdasarkan teori
peluang. Tepri peluang ini merupakan dasar dari statistika.
Pengkhususan
diri pada suatu bidang telaah menyebabkan objek ontologis disiplin keilmuan
menjadi semakin terbatas. Dengan pengkhususan ini, maka lebih dimungkinkan
untuk analisis yang lebih cermat dan saksama.
Cabang-cabang keilmuan yang
yerdapat dewasa ini, pada dasarnya
berkembang dari dua cabang utama,
ialah :
1.
Filsafat alam yang kemudian
menjadi rumpun-rumpun ilmu alam ( the natural scienes )
2.
filsafat moral yang kemudian
berkembang menjadi ilmu-ilmu sosial ( the social scienes ).
Ilmu-ilmu alam membagi diri
menjadi dua kelompok cabang-cabang :
a. Kelompok ilmu alam ( physical scienses ), yang bertujuan
mempelajari zat-zat yang membentuk alam semesta
b. Kelompok ilmu hayat ( biologikal scienses ), yang mempelajari
makhluk yang hidup di alam semesta.
Ilmu cabang bercabang-cabang lagi
menjadi cabang-cabang :
1. Fisika, yang mempelajari massa
dan energi
2. Kimia, yang mempelajari substansi zat
3. Astronoi yang mempelajari benda langit dan
4. Ilmu kebumian, yang mempelajari bumi.
Dalam perkembangan selanjutnya
setiap cabang ilmu membentuk cabang-
cabang yang lebih mengkhususkan
lagi. Sebagai contoh misalnya fisika,berkembang menjadi mekanika, magnetika,
akastika, optika, termodinamika, fisika nuklir dan kimia fisika.
Meskipun tidak sepesat ilmu-ilmu alam,
ilmu sosial juga berkembang dan terbentuklah cabang-cabang utama, ialah :
1. Antropologi , yang mempelajari manusia dalam perspektif waktu
dan tempat
2. Psikologi, yang mempelajari proses mental dan kelakuan manusia.
3. Ekonomi, yang mempelajari manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya lewat proses pertukaran.
4. Sosiologi, yang mempelajari struktur organ sosial manusia, dan
5. ilmu politik yang mempelajari sistem dan prosesdi dalam
kehidupan manudia berkepemerintahan dan bernegara.
Selanjutnya pada setiap cabang
tersebut mempunyai cabang-cabang lagi yang
bertujuan mempelajari bidang yang
lebih mengkhususkan.
Kelompok-kelompok ilmu tersebut yang
semuanya termasuk dalam murni,
selanjutnya
berkembang membentuk ilmu-ilmu terapan. Sebagai contoh adalah
dari ilmu murni
fisika nuklir, terbentuk ilmu terapan teknik nuklir. Hal ini juga
berlaku dalam
ilmu-ilmu sosial. Sebagai contoh misalnya pendidikan merupakan
ilmu sosial
terapan yang mengaplikasikan konsep-konsep psikologi, antropologi
dan sosiologi.
a. Epistemologi Ilmu
Epistemologi
ilmu membahas secara mendalam proses-proses yang terlihat dalam usaha manusia
untuk memperoleh pengetahuan. Dalam mengkaji hakikat ilmu, salah satu
landasannya ialah landasan epistimologinya. Pada landasan ini yang dimasalahkan
adalah pertanyaan-pertanyaan yang bersangkutan dengan :
-
Proses dan prosedur yang
memungkinkan diperolehnya pengetahuan yang berupa ilmu.
-
Cara, teknik atau sarana yang
membantu memperoleh ilmu tersebut
-
Hal-hal yang harus diperhatikan
agar diperoleh pengetahuan yang benar
-
Kebenaran dan kriteria tentang
kebenaran.
Ilmu merupakan sebagian dari pengetahuan,
ialah pengetahuan yang memiliki sifat tertentu. Landasan epistemologinya adalah
metode ilmiah. Jadi, ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui proses
yang dinamakan metode ilmiah. Metode ilmiah inilah yang membedakan ilmu dengan
pengetahuan lainnya.
Pengetahuan yang diperoleh dengan metode
ilmiah dapat digolongkan pada pengetahuan yang bersifat ilmiah, atau
pengetahuan ilmiah, atau secara lebih singkat disebut ilmu. Dalam proses
menemukan pengetahuan yang dipercayai kebenarannya metode ilmiah terdiri dari
langkah tertentu yang satu sama yang lain kait mengkait secara dinamis.
Menegnai kriteria “ kebenaran “ terdapat
beberapa teori, dantaranya adalah teori koheren atau teori koresponden.
Berdasarkan teori koheren, suatu pernyataan/ kesimpulan tersebut koheren atau
konsisten dengan pernyataan-pernyataan/kesimpulan-kesimpulan terdahulu yang
telah dianggap benar. Sedangkan berdasarkan teori koresponden, suatu pernyataan
adalah benar bila materi pengetahuan yang terkandung pernyataan itu
berkoresponden ( berhubungan ) dengan objek yang dituju oleh pernyataan
tersebut. Jadi, berkoresponden dengan objek yang bersifat faktual. Dalam
melakukan penalarn teoretis yang berdasarkan logika deduktif digunakan teori
koheren. Sedangkan dalam proses untuk membuktikan secara empiris digunakan
teori koresponden.
b. Axiologi Ilmu
Ilmu telah banyak mengubah dunia,
dan kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya membawa manfaat banyak
sekali bagi bagi kehidupan manusia. Ilmu telah banyak sekali berjasa dalam
pemberantasan penyakit, kelaparan, kemiskinan dan lalin-lainnya yang membuat
manusia menderita. Tetapi, disamping itu kemajuan ilmu juga menghasilkan/
menyebabkan timbulnya malapetaka. Ledakan-ledakan bom kuman pada perang dunia I
dan bom atom pada perang dunia II juga merupakan hasil kemajuan dari ilmu.
Dengan demikian, maka lalu timbul pertanyaan yang menyangkut landasan
axiologisnya ( teroi tentang nilainya ) ialah yang bersangkutan dengan :
-
Penggunaan pengetahuan yang berupa
ilmu tersebut
-
Kaitan antara penggunaan tersebut
dengan kaidah-kaidah moral
-
Penetuan objek yang telah ditelaah
berdasarkan pilihan-pilihan moral, dan
-
Hubungan antara teknik prosedur
yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dan norma-norma moral.
Pada tahap-tahap permulaan
perkembangan ilmu, para ilmuan bersemboyan “
ilmu yang merdeka, yang bebas
dari nialai “. Mereka menjelajah bidang keilmuan tanpa hubungan yang bersifat
dogmatis. Tujun utama mereka adalah menyusun kerangka penjelasan tentang
berbagai alam sekitarnya. Dengan pengetahuan teoritus yang telah berkembang ini
mereka berusaha untuk mengasai alam. Selanjutnya karena perkembangan
pengatahuan teoritis tersebut, lalu timbul kemungkinan untuk menerapkannya
dalam kegiatan praktis. Dalam keadaaan semacam ini, sikap ilmu yang semula
tidak memihak serta tidak menyarahkan masalah moralistis pada pihak lain, harus
ditinjau kembali dan diubah ( diperbaiki ). Perkembangan ini didasarkan pada :
-
Cara berfikir dan doktri-doktrin
dari ilmu sudah mampu menganalisis berbagai segi masalah kehidupan, termasuk
juga masalah moral
-
Perkembangan teknologi memberi
pengaruh yang besar terhadap peradaban manusia, dengan pengaruh positif maupun
pengaruh negatif.
Terdapat pendapat bahwa ilmu
adalah kekuasaan. Kekuasaan ini, apakah
merupakan berkat atau malapetaka
bagi manusia, tergantung dari manusianya yang menggunakan sendiri ilmu harus
mempunyai landasan moralitas, ialah martabat manusia. Ilmu harus merupakan alat
untuk memberikan kemudahan bagi manusia untuk hidup sesuai kodratnya.
1. Fungsi
Ilmu
Pada
dasarnya ilmu merupakan sumber pengetahuan yang berfungsi
memberikan penjelasan atau dugaan
terhadap permasalahan yang dihadapi. Dalam usaha memcahkan masalahnya, manusia
melakukan berbagai usaha. Ada
yang berpegang pada cara-cara tradisional, dan ada pula yang berpaling pada ilmu.
Dalam hal ini ilmi memberikan sebagai dasar unutk mengambil keputusan, yaitu
keputusan yang didasarkan pada penafsiran kesimpulan ilmiah.
Ilmu
yang perangkat cara berfikirnya dan doktri-doktrinnya telah mampu
menganalisis masalah kehidupan
dengan berbagai seginya, termasuk juga masalah
moral. Paerkembangan teknologi
telah memberikan pengaruh pada peradaban
manusia, pengaruh positif dan
negatif. Secara moral, ilmuan tidak dapat
melepaskan diri dari
pengaruh-pengaruh ini. Dalam hal ini, ilmuan harus
meninggalkan doktrin bahwa ilmu
adalah netral. Ilmuan yang hruss memihak
pada kepentingan manusia.
Menurut A.
Comte bahwa dalam sejarah perkembangan manusia iu ada tiga tahap yaitu :
a. Tahap teologi atau tahap metafisika
b. Tahap Filsafat
c. Tahap positif atau tahap ilmu.
Dalam tahap
teologi atau tahap metafisika, manusia menyusun mitos atau dongeng untuk
mengenal realita atau kenyataan, yaitu pengetahuan yang tidak objektif,
melainkan subjektif. Mitos ini diciptakan untuk memuaskan rasa ingin tahu
manusia. Dalam alam pikiran mitos, rasio atau penalaran belum terbentuk, yang
bekerja hanya daya khayal intuisi atau imajinasi.
Menurut
C.V. van Peursen, mitos adalah suatu cerita yang memberikan
pedoman atau arah tertentu kepada
sekelompok orang. Cerita itu dapat ditularkan,
dapat pula diungkapkan lewat
taria-tarian atau pementasan wayang dan
sebagainya. Inti cerita adalah
lambang-lambang yang mencetuskan pengalaman
manusia juga lambang kejahatan
dan kebaikan, hidup dan kematian, dosa dan
penyucian, perkawinan dan
kesuburan, firdaus dan akhirat. Pada tahapp teologi
ini, manusia menemukan identitas
dirinya. Manusia sebagai subjek yang masih
terbuka dikelilingi oleh objek
yaitu alam sehingga manusia mudah sekali
dimasuki oleh daya dan kekuatan
alam. Manusia belum mampu memandang
objek atau realita dengan
indranya, sehingga manusia dan alam lebur jadi satu.
Lewat mitos, manusia dapat turut
serta mengambil bagiandalam kejadian-kejadian
alam sekitarnya, dapat menanggapi
daya kekuatan alam.
Contoh :
a. Gunung api meletus hebat, menimbulkan gempa bumi mengeluarkan
lahar panas dan awan panas, sehingga menimbulkan banyak korban manusia, juga
merusak daerah tempat tinggal dan daerah persawahan penduduk. Manusia pada
tahap teologi ( menurut A. Comte ) atau pada tahap mitos ( C.A. van Peursen )
belum dapat melihat realita ini dengan indranya, manusia belum dapat mengetahui
dan menangkap peristiwa dalam ( objek ) dengan alam pemikirannya, maka manusia
beranggapan bahwa dewa yang dianggap sakti sedang murka.
b. Gempa bumi diduga terjadi karena atlas ( raksasa yang memikul
bumi pada bahunya ) memindahkan bumi pada bahu yang satu ke bahu yang lain
c. Gerhana bulan disangka terjadi karena bulan dimakan raksasa,
menurut mitosnya raksasa itu takut pada bunyi-bunyian, karena pada waktu gerhana
bulan manusia memukul-mukul benda apa saja yang dapat menimbulkan bunyi, supaya
raksasa itu takut dan memuntahkan kembali bulan purnama.
d. Bunyi guntur
dikira ditimbulkan oleh roda kereta yang dikendarai dewa melintas dilangit.
Dalam menghadapi peristiwa yang
menakjubkan seperti terjadiny gerhana,
halilintar, topan, banjir, gempa,
gunung meletus,manusia primitif selalu menghubungkanny dengan kekuasaan atau
perbuatan dewa, hantu, setan atau makhluk gaib lainnya. Dahulu mitos sangat
berpengaruh bahkan sampai saat ini pun kepercayaan akan mitos masih belum
sepenuhnya hilang.mencari jawab atas masalah seperti itu dengan
menghubungkannya dengan makhluk-makhluk gaib disebut berfikir secara irasional.
Tentu saja pengetahuan yang diperoleh secara irasional dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya. Manusia pada tahap mitos menanggapi realita dengan
mengadakan selamatan, tari-tarian, menyanyikan lagu-lagu. Dalam tari-tarian
atau lagu-lagu tersebut terkandung cerita tentang riwayat para dewa yang sedang
mengatur peristiwa-peristiwa alam. Lewat cerita-cerita ini manusia merasa aman,
merasa dapat menghindari diri dari keganasan peristiwa alam.
Demikian manusia pada tahap
mitos/teologi menjawab keingintahuannya
dengan menciptakan
dongeng-dongeng atau mitos-mitos, karena alam pikirannya masih terbatas pada
imajinasi atau intuisi.
- Penalaran Deduktif (Rasionalisme)
Dengan bertambah majunya alam pikran manusia dan makin berkembangnya
cara penyelidikan, manusia dapat menjawab banyak pertanyaan tanpa mengarang
mitos. Dengan demikian mitos makin kurang disukai dan hanya dipakai untuk
memberi keterangan anak kecil kalau kita kebetulan terlalu malas untuk memberi
keterangan ilmiah yang lengkap atau kalau kita menganggap bahwa anak itu masih
terlalu kecil untuk dapat mencerminkan keterangan yang benar.
Menurut A. Comte, dalam perkembangan manusia sudah tahap mitos, manusia
berkembang dalam tahap filsafat. Pada tahap filsafat, rasio sudah terbentuk,
tetapi belum ditemukan metode berpikir secara objektif. Berbeda dengan pada
tahap teologi, pada tahap filsafat ini manusia mencoba mempergunakan rasionya
untuk memahami objek secara dangkal, tetapi objek belum dimasuki secara
metodologis yang definitif.
Perkembangan alam pikiran manusia merupakan suatu proses, maka manusia
tidak puas dengan pemikiran ini, sehingga berkembang ke dalam tahap positif
atau tahap ilmu. Dalam tahap positif atau tahap ilmu ini, rasio sudah
dioperasikan secara objektif. Manusia menghadapi objek dengan rasio.
C. A. van Peursen dalam bukunya mengatakan bahwa di dalam mitos manusia
terikat, manusia menerima keadaan sebagai takdir yang harus diterima. Lama
kelamaan manusia tidak mau terikat, maka manusia berusaha mencari penyelesaian
dengan rasio. Dalam pemikiran ini, manusia sudah memisahkan dirinya sehingga memandang
alam dengan jarak terhadap dirinya. Manusia sebagai subjek menempatkan dirinya
di luar alam yang dijadikan objek. Manusia tidak lagi melingkari atau dikurung
oleh alam dengan segala kekuatannya, sehingga manusia dapat menilai objek
(alam) tanpa meleburkan diri, dapat memandang objek (alam) dengan lebih
leluasa.
Dalam menghadapi peristiwa-peristiwa alam, misalnya gunung api meletus
yang menimbulkan banyak korban dan kerusakan, manusia tidak lagi mengadakan
selamatan dengan tari-tarian dan nyanyian, tetapi akan mengamati peristiwa itu,
mempelajari mengapa gunung api dapat meletus, kemudian berusaha mencari
penyelesaian dengan tindakan-tindakan yang sesuai dengan hasil pengamatannya.
Misalnya dengan mencegah terjadinya letusan yang hebat. Untuk mengurangi
banyaknya korban, penduduk di sekeliling gunung api tersebut dipindahkan ke
daerah yang lain, setelah mengetahui bahwa gunung api akan meletus, dan lain
sebagainya. Inilah bukti bahwa manusia lama kelamaan tidak puas dengan mitos sebagai pemikiran yang irasional, kemudian
mencari jawaban yang rasional.
Berkat pengamatan yang sistematis dan kritis, serta makin bertambahnya
pengalaman yang diperoleh, lambat laun manusia berusaha mencari jawaban secara
rasional dengan meninggalkan cara irasional. Pemecahan secara rasional berarti
mengandalkan rasio dalam usaha memperoleh pengetahuan yang benar. Kaum
rasionalis mengembangkan paham yang disebut rasionalisme. Dalam menyusun
pengetahuan kaum rasionalis menggunakan penalaran deduktif. Penalaran deduktif
adalah cara berpikir yang bertolak dari pernyataan yang bersifat umum untuk
menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif
ini menggunakan pola berpikir yang disebut silogisme itu terdiri atas dua buah
pernyataan dan sebuah kesimpulan. Kedua pernyataan itu disebut premis mayor dan
premis minor. Kesimpulan atau konklusi diperoleh dengan penalaran deduktif dari
kedua premis tersebut.
Contoh :
Semua makhluk bernafas (
premis mayor )
Si Ali adalah seorang makhluk (
premis minor )
Jadi, si Ali bernafas (
kesimpulan )
Kesimpulan yang diambil ini hanya benar, bilamana kedua premis yang
digunakan benar dan cara menarik kesimpulannya juga benar. Jika salah satu dari
ketiga hal ini salah, maka kesimpulan yang diambil juga tidak benar.
Contoh :
Pada zaman alkimia (abad pertama sampai kedua) pernah digunakan
penalaran deduktif ini bertitik tolak dar ajaran Aristoteles mengenai prinsip
“perkembangan”. Menurut pendapat ini dikatakan bahwa semua benda (termasuk
logam) akan mengalami perkembangan ke arah kedewasaan. Logam yang telah dewasa
atau “matang” adalah emas dan perak. Dengan demikian semua logan akan mengalami proses perkembangan
menjadi emas (premis mayor). Air raksa adalah logam (premis minor). Jadi air
raksa dapt mengubah menjadi emas (kesimpulan).
Kesimpulan bahwa air raksa diubah manjadi emas tergantung dari
kebenaran premis mayor, premis minor, dan cara menarik kesimpulannya. Tetapi
bilamana premis mayor misalnya diragukan kebenarannya, maka kesimpilan yang
diambil juga benar. Bila ketiga hal ini
benar, berarti kesimpulan yang diambil juga benar. Karena percaya akan
kebenaran kesimpulan tadi, maka dicarilah “ batu filosofi “ yang sanggup
mengubah air manjadi emas. Namun usaha ini gagal dan belum pernah dapat
mengubah air raksa menjadi emas. Pada zaman sekarang dimungkinkan untuk
mengubah air raksa menjadi emas dengan proses transmutasi inti.
Dengan demikian jelas bahwa penalaran deduktif ini pertama-tam harus
mulai dengan pernyataan yang sudah pasti kebenarannya. Aksioma dasara ini yang
dipakai untuk membangun sistem pemikirannya, tidak dapat diterima oleh orang
lain. Masalah utam adalah kesulitan untuk menilai kebenaran premis-premis yang
digunakan. Ini disebabkan karena penalaran yang digunakan bersifat abstrak,
lepas dari pengalaman, sehingga tidak mungkin dapat diamati dengan panca indra.
Dengan penalaran deduktif ini dapat diperoleh bermacam-macam pengetahuan
mengenai sesuatu objek tertentu tanpa ada kesempatan yang dapat diterima oleh
semua pihak. Disamping itu, juga terdapat kesulitan untuk menerapkan knsep
rasional kepada kehidupan praktis.
- Penalaran Induktif
` Pengetahuan
yang dperoleh berdasarkan penalaran deduktif ternyata
mempunyai kelemahan, maka
muncullah pandangan lain yang berdasarkan pengalaman konkret. Mereka yang mengembangkan
pengetahuan berdasarkan pengalaman konkret ini disebut penganut empirisme.
Paham empirisme menganggap bahwa pengetahuan yang benar ialah pengetahuan yang
diperoleh langsung dari pengalaman konkret. Menurut paham empirisme ini, gejala
alam tiu bersifat konkret dan dapat ditangkap dengan panca indra manusia.
Dengan pertolongan panca indranya, menusia berhasil menghimpun sangat banyak
pengetahuan. Himpunan pengetahuan ini dapat disebut ilmu pengetahuan yang
disusun secara teratur dan dicari hubungan sebab akibatnya. Untuk maksud itu
perlu dilakukan penalaran. Penalaran haruslah dimulai dari yang sederhana
menuju yang lebih kompleks. Didalam penalaran itu, fakta yang didasarkan atas
pengamatan tidak boleh dicampuradukkan dengan dugaan atau pendapat orang yang
melakukan penalaran. Mengemukakan pendapat sering kali juga berfaedah, tetapi
haruslah ada garis pemisah yang tegas antara dugaan dan fakta.yang terutama
kita perhatikan disini ialah gejala alam. Ada
gejala alam yang dapat ditirukanoleh manusia, ada juga yang tidak dapat.
Penyelidikan gejala yang dapat diturunkan di dalam laboratorium ( kadang-kadang
ukuran kecil ) biasanya lebih cepat membawa hasil dibandingkan gejala tidak
diulangi dalam laboratorium.
Dari
pengamatan secara sistematis dan kritis atas gejala-gejala alam akan diperoleh
penegtahuan tentang gejala itu. Mungkin akan terlihat adanya karakteristik
tertentu, adanya kesamaan, adanya ulangan dan adanya keteraturan dalam
pola-pola tertentu. Dengan demikian akan dapat ditarik sesuatu generalisasi
dari berbagai kasus yang terjadi.
Penganut empirisme menyusun
pengetahuan dengan menggunakan penalaran induktif. Penalaran induktif adalah
cara berfikir dengan menarik kesimpulan umum dari pengamatan atas logam besi,
tembaga, aluminium dan sebagainya, jka dipanasi ternyata menunjukkan bertambah
panjang. Dari sini dapat diambil kesimpulan secara umum bahawa semua logam jika
dipanasi akan bertambah panjang.
Contoh lagi :
kucing bernapas, anjing bernapas, sapi, kuda dan harimau juga bernapas. Dapat
disimpulkan bahwa semua hewan dapat bernapas.
Dengan
penalaran induktif ini makin lama dapat disusun pernyataan yang lebih umum lagi
dan makin bersifat fundamental. Dari contoh diata tadi dapat diteruskan : hewan
dapat bernapas. Manusia dapat bernapas. Dapat disimpulkan bahwa semua makhluk
hidup dapat bernapas. Dengan cara ini dapat diperoleh prinsip-prinsip yang
bersifat umum sehingga memudahkan dalam memahami gejala yang beraneka ragam.
Namun demikian ternyata bahwa
pengetahuan yang dikumpulkan berdasarkan penalaran induktif ini masih belum
dapat diandalkan kebenarannya. Sekumpulan fakta belum tentu bersifat konsisten
atau bahkan mungkin bersifat kontradiktif.demikian pula fakta yang tampak
berkaitan belum dapat menjamin tersusunnya pengetahuan yang sistematis.
Misalnya
dari hasil pengamatan terhadap anak-anak yang berprestasi tinggi dibeberapa
sekolah menunjukkan bahwa semuanya berhidung mancung. Seakan ada kaitan antara
prestasi tinggi dengan hidung mancung. Adakah kebenarannya hubungan antara
hidung mancung dengan hasil prestasi yang tinggi?
Disamping itu
masih ada kesulitan dalam masalah penafsiran atas apakah sebenarnya yang
dimaksud pengalaman itu? Apakah pengalaman itu merupakan stimulus panca indra,
ataukah justru berprinsip?
Ditambah
lagi denga kemampuan panca indra yang kurang dapat diandalkan. Misalnya tongkat
lurus yang sebagian terendam air akan terlihat bengkok.
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang diperoleh hanya dengan
penalaran deduktif tidak dapat diandalkan karena bersifat abstrak dan lepas
dari pengalaman. Demikian pula pengetahuan yang diperoleh hanya dari penalaran
induktif juga tidak dapat diandalkan karena kelemahan panca indranya. Karena
itu himpunan pengetahuan yang diperoleh belum dapat disebut ilmu pengetahuan.
- Pendekatan Ilmiah, Kelahiran IPA
Agar himpunan pengetahuan itu
dapat disebut ilmu pengetahuan, harus
digunakan perpaduan antara
rasionalisme dan empirisme, yang dikenal sebagai
metode keilmuan atau pendekatan
ilmiah.
Pengetahuan
yang disusun dengan cara pendekatan ilmiah atau menggunakan metode keilmuan,
diperoleh melalui kegiatan penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah ini
dilaksanakan secara sistematik dan terkontrol berdasarkan atas data-data
empiris. Kesimpulan dari penelitian ini dapat menghasilkan suatu teori. Teori
ini masih terlalu dapat suatu teori. Teori ini masih terlalu dapat diuji dalam
hati keajegan dan kemantapan. Artinya bilamandiadakan penelitian ulang, yang
dilakuakn oleh siapa pun dengan langkah-langkah yang serupa dan pada kondisi
yang sama, akan diperoleh hasil yang ajeg ( konsisten ). Metode keilmuan tu
bersifat objektif, bebas dari keyakinan perasaan dan prasangka pribadi serta
bersifat terbuka. Artinya dapat diuji ulang oleh siapa pun. Dengan demikian
kesimpulan yang diperoleh lebih dapat diandalkan dan hasilnya lebih mendekati
kebenaran.
Jadi,
suatu himpunan pengetahaun dapat digolongkan sebagai ilmu pengetahuan bilaman
cara memperolehnya menggunakan metode keilmuan, yaitu gabungan antara
rasionalisme dan empirisme.
Secara lengkap dapat dikatakan
bahwa suatu himpunan pengetahuan dapat disebut IPA bilaman persyaratan berikut
:
Objeknya pengalaman manusia yang
berupa gejala-gejala alam, yang dikumpulkan melalui metode keilmuan serta
mempunyai manfaat untuk kesejahteraan manusia.
2. Perkembangan Pengetahuan dari Masa ke Masa
- Zaman
Purba
Dari peninggalan-peninggalan yang
ditemukan, dapat dianalisis
pengetahuan yang telah dimiliki
manusia purba, begitu juga bagaimana
perkembangannya. Bahan-bahan yang
ditemukan dari zaman purba ( yang
mencakup zaman batu ) adalah :
- Alat-alat dari batu dan tulang
- Tulang belulang hewan
- Sisa-sisa dari beberapa tanaman
- Gambar dalam gua-gua
- Tempat-tempat penguuran dan
- Tulang-tulang manusia purba
Kecuali gambar dalam gua dan
tempat-tempat penguburan, peninggalan-
peninggalan tersebut perlu
diselidiki, apakah berasal dari manusia atau tidak. Hal
ini memang perlu dilakuakn karena
pada zaman itu belum ada tulisan., oleh
karena itu tidak ada sumber
keterangan yang lain. Tulang belulang hewan dapat
diselidiki oleh ahli kedokteran
hewan. Sedangkan tulang beluang manusia purba
dapat diidentifikasi oleh ahli
antropologi fisik. Terdapat alasan-alasan untuk
menunjukkan bahwa benda dari batu
tersebut merupakan alat, bukan hanya batu
alam biasa. Alasan-alasan
tersebut antaranya adalah kamiripan bentuk frekuensi
yang relatif tinggi, perubahan
bentuk yang sejalan dengan umurnya, kekerasannya
dan adanya ukiran-ukiran yang
terdapat pada alat-alat dari batu tersebut.
Perbaikan
bentuk dari alat-alat tersebut, menunjukkan bahwa manusia pada zaman itu telah
dapat menghayati, membeda-bedakan dan juga menunjukkan kecenderungan menuju
kearah fungsi yang lebih baik. Disamping karena pengalamannya, maka pemilihan
batu, dari yang empuk ke yang keras, menunjukkan kemampuannya untuk membedakan
dan memilih.
Disamping
adanya peninggalan-peninggalan yang berupa alat-alat tersebut, manusia purba
juga mewariskan cara bercocok tanam dan cara beternak. Mereka mampu memelihara
dan membina tanaman dan hewan liar hingga menjadi tanamn dan hewan yang sesuai
dengan kebutuhannya.
Peninggalan-peninggalan
alat-alat, tanaman, ternak tersebut diatas menunjukkan bahwa manusia purba
telah mempunyai pengetahuan untuk memperolehnya berkat pengalamnnya,
kemampuannya mengamati, dan kemampuan memilih. Penemuan-penemuan itu terjadi,
baik secara kebetulan ataupun secara disengaja, semuanya berdasarkan pengamatan
primitif, dan mungkin lalu dilanjutkan dengan percobaan-percobaan yang
dilakuakn tanpa dasar dan tanpa pengaturan, tetapi denga mengikuti proses “
trial and error “. Meskipun tidak diketahui bagaimana dasar dari proses
penemuan-penemuan yang diperoleh, tetapi karena sudah berlangsung selama
ratusan ribu tahun, selama penemuan-penemuan itu menjadi mantap, dan
selanjutnya dapat diulang terus-menerus. Denga demikian tersusunlah “ know how
“ meskipun tidak diketahui sebabnya, tidak diketahui “ mengapanya “ atau “ the
why “nya. Dengan demikian, maka zaman batu ini ditandai oleh pengetahuan “ know
how “ yang diperoleh berdasarkan :
Kemampuan
mengamati
1. Kemampuan membeda-bedakan
2. Kemampuan memilih dan
3. Kemampuan melakukan percobaan tanpa disengaja, yang berlandaskan
pada proses “ trial and error “
Dalam bentuk “
know how “ itulah penemuan-penemuan manusia purba
tersebut diwariskan kepada
generasi-generasi selanjutnya.
Masa
15.000 sampai kurang lebih 600 tahun sebelum Masehi, masih
merupakan lanjutan dari zaaman
batu. Manusia pada zaman ini mewarisi
penegtahuan dari dari zaman batu,
baik pengetahuan mengenai pertanian dan
peternakan, maupun pengetahuan
dalam pembuatan alat-alat. Dalam hal
pembuatan alat-alat, terjadi
perubahan yang besar. Mereka sudah mampu
mengolah logam. Alat-alat mereka
tidak lagi terbuat dari batu, melainkan dari
perunggu atau besi. Meskipun
dasar kehidupan mereka masih tetap pada tingkat
“know how“ tetapi mereka sudah
mulai meningkat diamtaranya dengan
dihasilkan perhiasan-perhiasan
yang sangat artistik yang terbuat dari emas dan
perak serta batu-batu perhiasan.
Pada zaman purba tersebut,
manusia masih sangat menggantungkan diri pada
kepercayaan agama yang
politistik. Mereka percaya bahwa dewa-dewa berada di
bulan, matahari, atau bintang,
karena itu, benda-benda angkasa itu terus menerus
diamati. Dari
pengamatan-pengamatan tersebut, ditmukan hal-hal tersebut :
1.
Ada gugusan-gugusan bintang atau rasi-rasi
bintang yang kemudian diberi nama, misalnya Ursa minor, Ursa Mayor, Pisces,
Scorpion, Orion dan Pleides. Serangkaian
rasi 12 buah diantara rasi-rasi ini, yang berjajar sepanjang eklaptika, disebut
Zodiak.
2.
Kedudukan matahari dan bulan berubah
/ bergerak terhadap zodiak.
3.
Planet-planet Markurius, Venus,
Mars, Jupiter, dan saturnus kedudukannya selalu berbuah terhadap zodiak
4.
Bulan tiap kali berubah bentuk dan
tempat, dan kembali pada bentuk dan tempat yang sama setelah 28 sampai 29 kali
matahari terbit dan terbenam
5.
Terbit dan terbinamnya matahari di
cakrawala juga berpindah-pindah dengan periode tertentu yaitu 365 hari
6.
Dalam 365 hari terjadi 12 kali
perubahan bulan untuk tiap kali kembali pada bentuk yang sama
7.
Diantara gejala alam ada peristiwa
gerhana bulan
Berdasarkan penemuan-penemuan tersebut
disusun juga kalender sebagai
pedoman waktu untuk mengatur
krhidupan ritual, pekerjaan sehari-hari dan kehidupan biasa pada umumnya.
Dengan adanya kalender dan pencatatan gerhana bulan, maka ditemukan suatu
siklus gerhana yang dapat digunakan untuk meramalkan gerhana yang akan datang.
Penemuan-penemuan tersebut diatas yang
merupakan proses alamiah, hanya dimungkinkan setelah manusia pada zaman mencari
dan akhirnya menemukan dan mampu menggunakan angka – angka dan abjad untuk
melakukan perhitungan-perhitungan.Dalam menemukan proses alamiah tersebut
tahapan – tahapan pengamatan, pengumpulan data, analisis, abstraksi,
simbolisasi, dan sintesis kembali.Tahapan – tahapan tersebut hingga sekarang
masih dilakukan dalam berbagai lapangan yang luas.
Disamping
kemampuan – kemampuan dan penemuan – penemuan tersebut, rangka dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari – hari, pada mereka terbentuk kemampuan
mengukur.Kemampuan mengukur ini digunakan untuk mengukur bidang tanah dan
perladangan, dan mengukur hasil panennya.Untuk keperluan pengukuran –
pengukuran tersebut juga telah mereka temukan bentuk segi tiga, segi tiga siku
– siku dan sudut siku – siku.Kemampuan berhitung dan mengukur ini kemudian hari
akan berkembang dan menjelma ilmu hitung (arithmetics) dan ilmu ukur (geometry).
Jadi,
disamping pengetahuan dalam bentuk “know how” yang digunakan dalam
kehidupannya sehari – hari seperti telah diuraikan diatas, dalam
perkembangannya manusia purba dapat memperoleh pengetahuan/kemampuan sebagai
berikut :
1.
Pengetahuan yang berdasarkan
pengalaman
2.
Kemampuan melakukan abstraksiberdasarkan
kesamaan atau keteraturan
3.
kemampuan menulis dan berhitung,
dan menyusun kalender, yang semuanya berdasarkan proses sintesis terhadap hasil
abstraksi yang dilakukan
4.
kemampuan menemukan abjad dan
sistem bilangan alamiah berbagai jenis siklus, yang semuanya berdasarkan proses
abstraksi
5.
kemampuan meramal berdasarkan
peristiwa fisik, misalnya ramalan terjadinya gerhana.
Kemampuan/pengetahuan
yang telah dimiliki tersebut diatas semuanya masih diperoleh secara alamiah,
artinya tanpa disadari dan disengaja. Jadi, segala peristiwa yang terjadi hanya
diterima sebagaimana adanya tanpa usaha pendalaman lebih lanjut. Manusia purba
masih dalam tingkatan sekadar menerima, baik dalam sikap maupun dalam pemikiran
( receptive attitude and receptive mind )
- Zaman
Yunani
Masa 600 tahun sebelum masehi sampai kurang lebih 200
tahun sebelum masehi biasanya disebut zaman Yunani. Dalam zaman itu
proses-proses perkembangan “ know how “ tetap mendasari kehidupan sehari-hari,
sekalipun tingkatannya sudah jauh lebih maju daripada zaman sebelumnya.
Dalam
bidang pengetahuan yang berdasarkan sikap dan pemikiran yang sekadar menerima
apa adanya, terjadi perubahan besar, dan perubahan ini dianggap sebagai dasar
pengetahuan modern. Hal ini berdasarkan pada sikap bangsa Yunani yang tidak
dapat menerima pengalaman-pengalaman tersebut secara pasif-receptif. Mereka
memiliki “ inqury attitude “ dan “ inqury mind “.
Thales
624-548 SM dianggap sebagai orang pertama yang mempertanyakan dasar dari alam
dan isi dari alam ini. Dia tidak dapat menerima begitu saja adanya kenyataan
bahwa di bumi ada air, api, udara, awan, kayu, batu, dan lain-lainnya. Hal ini
hanya dianggap sebagai gejala. Dalam pemikirannya timbul pertanyaan : “ Dari
apakah hal-hal yang berbeda tersebut dibuat ?”. “ Sebenarnya, tidakkah bahan
dasarnya terbatas, sedangkan gejalanya yang banyak sekali?”.
Dalam
rangka membahas perkembangan ilmu pengetahuan, yang penting bukannya jawaban
yang diberikan, tetapi diajukannya pertanyaan tersebut. Thales menekankan
pentingnya pertanyaan. Pengajuan pertanyaan yang terus menerus akan
menimbulkan/ menyebabkan pemeriksaan dan penelitian yang terus menerus juga.
Dengan demikian pertanyaan merupakan suatu motor yang tetap mendorong pemikiran
dan penyelidikan.
Disamping
Thales, terdapat banyak tokoh filsafat yang sangat penting dalam rangka
pengembangan ilmu pengetahuan, diantaranya adalah phytagoras, Aristoteles dan
Archimides.
Phytagoras
(580-500 SM) adalah ahli filsafat yang sangat penting dalam rangka pengembangan
ilmu pengetahuan diantara penemuan-penemuan adalah sebagai berikut. Hukum atau
dalil phytagoras, yaitu bahwa dalam segitiga siku-siku dengan sisi a dan b
beserta hipotenusa c, berlaku a2 + b2 = c2
Tentang
unsur dasar pembentukan benda, Phytagoras berpendapat agak berbeda dengan
orang-orang sebelumnya. Pendapat terdahulu menyatakan bahwa semua benda
terbentuk dari unsur-unsur dasar yang sama, ialah air, tanah dan api. Phytagoras
berpendapat bukannya hanya tiga unsur dasar, tetapi empat, yaitu tanah, air,
udara, api.
Aristoteles
(384-322 SM). Peninggalannya yang penting dalam hubungannya dengan ilmu
pengetahuan adalah lodul logika, biologi dan metafisika. Dalam bukunya yang berjudul
logika, ia mengemukakan analisis yang didasarkan pada silogisme. Pada
dasarnya silogisme terdiri dari tiga kalimat. Kalimat pertama mengutarakan soal
yang umum disebut premis mayor. Kalimat kedua mengenai soal yang khusus dan
disebut premis minor kalimat ketiga merupakan kesimpulan yang ditarik
berdasarkan kedua premis tersebut.
Contoh
:
-
Premis mayor : semua manusia bersifat sama
-
Premis minor : Plato seorang manusia
-
Kesimpulan : Plato akan mati
Archimides
(287-212 SM). Archimides mempelajari matematika, fisika, dan mekanika serta
menerapakan sebagian penemunya pada usaha pembuatan alat-alat. Perhitungan dan
penemuan hukum Archimides dimulai dengan pengalaman, dan kemudian
diidealisasikan dalam alam pemikiran (analisis teoretis), akhirnya dibuktikan
dengan percobaan. Dengan demikian, sebenarnya Archimides sudah menemukan
landasan ilmu pengetahuan mdern.
- Zaman
Modern
Pada permulaan abad ke-14, di Eropa dimulai
perkembangan ilmu pengetahuan. Sejak zaman itu sampai sekarang Eropa menjadi
pusat kemajuan ilmu pengetahuan dan umat manusia pada umumnya. Permulaan
perkembangannya dicetuskan oleh Roger Bacon (1214-1294 SM) yang menganjurkan
agar pengalaman mausia sendiri dijadikan sumber pengetahuan dan penelitian.
Copernicus,
Tycho broche, keppler, dan galileo merupakan pelopor dalam mengembangkan
pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman tersebut. Mereka menciptakan
prinsip Heliosentrisme. Dengan teropongnya Galileo memastikan bahwa seperti
bulan, planet-planet tidak memancarkan cahayanya sendiri, tetapi memantulkan
cahaya matahari yang jatuh pada planet-planettersebut Galileo juga menyusun
dasar huku-hukum yang menghubungkan kecepatan, percepatan, dan jarak yang di
tempuh dalam waktu tertentu. Dengan demikian ia menciptakan Kinetika.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dan kemudian diwariskan oleh Tycho
Broche, Johannes Keppler menyusun tiga hukum tentang gerakan planet-planet
selama mengelilingi matahari.
Perkembangan
ilmu pengetahuan menjadi sangat mantap dan pesat setelah ditulisnya buku-buku yang
berjudul “ Novum Organum “ oleh Francis Bacon (1560-1626) yang mengutarakan
tentang landasan empiris dalam mengembangkan pengetahuan dan penegasan ilmu
pengetahuan dengan menguraikan metodenya. Setelah adanya karya F. Bacon
tersebut, muncullah tokoh-tokoh yang peranannya sangat menentukan dalam
berkembangnya ilmu pengetahuan selanjutnya. Bila dilihat dari segi metodologi
dan psikologi maka seluruh ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada :
1. Pengamatan dan pengamalan manusia yang terus menerus
2. Pengumpulan data yang terus menerus dan dilakukan secara
sistematis
3. Analisis data yang ditempuh dengan berbagai cara, yang antara
lain adalah :
a.
Analisis langsung
b.
Analisi perbandingan, dan
c.
Analisis matematis dengan
menggunakan model-model matematis
4. Penyusunan model-model atau teori-teori, serta penyusunan
ramalan-ramlan sehubungan dengan model-model itu
5. Percobaan-percobaan untuk menguji ramalan tersebut
Percobaan-percobaan ini akan
menghasilkan beberapa kemungkinan,
diantaranya :
benar atau salah. Jika terbukti salah, terbuka kemungkinan untuk
mencari
kesalahan berfikir, sehingga terbuka juga kemungkinan untuk
memperbaikinya.
Dengan demikian ilmu pengetahuan modern memilki suatu
sistem yang
di dalamnya terkandung mengoreksi diri, yang memungkinkan
ditiadakannya
kesalahan demi kesalahan secara bertahap menuju ke arah
kebenaran.
3. Kelahiran Alam Semesta
Kapan kehidupan ini dimulai?
Kapan bumi ini mulai dihuni? Bagaimana
alam ini
dicipta? Dan berapa umurnya? Ilmu pengetahuan ini sangat luas, kadang
berhadapan dengan
masalah yang sangat kecil ukurannya seperti sel. Tetapi
kadang
dihadapkan dengan masalah yang sangat besar ukurannya seperti alam
semesta.
Mikrokosmos mempelajari hal-hal yang
sangat kecil, sedangkan
makrokosmos
mempeajari hal-hal yang sangat besar dalam ukurannya. Sel, atom,
proton dan
elektron merupakan beberapa contoh dari mikrokosmos. Sedangkan
alam semesta
termasuk dalam makrokosmos.
Pada tahun 1665 ilmuan bangsa
Inggris Robert Hooke dengan
menggunakan
mikroskop yang masih sederhana, melihat bahwa gabus terdiri dari
struktur
gelembung berdinding seperti sarang lebah. Rongga berdinding ini
disebut sel.
Oleh para ilmuan sel sebagai kotak-kotak kecil yang berisi bukan
kehidupan.
Dengan mikroskop modern dapat dilihat bahwa sel bukan hanya
sebagai wadah
kehidupan, lebih dari merupakan bahan kehidupan. Sampai saat ini
belum ada
ahli kimia dan mampu meniru produksi antibodi
tertentu
padahal itu merupakan kegiatan rutin setiap hari.
Mikroskop yang mempunyai perbesaran seribu
dapat dipergunakan untuk
mengganti
Euhlena, ialah organisme bersel tunggal dan dapat diambil sebagai
contoh
perilaku sel sebagai suatu kesatuan dan ternyata dapat diterapkan pada
organisme
tingkat tinggi seperti manusia. Sehingga proses kehidupan dapat
dipelajari.
Pada tahun 1869 Friendrich Miescher
seorang ahli bio kimia berhasil
memisahkan
suatu zat dari inti sel. Zat ini sekarang oleh para ilmuan dinamakan
asam deoksiribonukleat
atau disingkat dengan DNA yang merupakan mata rantai
antara zat
bernyawa. Pada tahun 1950 Maurice Wikins seorang ahli biofisika
mulai
meneliti rahasia kehidupan yang menyangkut mengenai perbanyakan atau
berkembang.
Dengan bantuan kristalografi sinar X untuk menyingkap struktur
DNA.
Pada tahun 1953 James Watson seorang
ahli biologi dan Francis Crick
seorang ahli
fisika dapat membuktikan bahwa, struktur DNA bukanlah sederhana,
melainkan
berupa pilin rangkap yang dapat terbelah menjadi dua. Analisis lebih
lanjut
dilakukan oleh Max Perutz dan John Kendrew yakni dengan jalan
menganalisis
dua protein, ialah Mioglobin dan hemoglobin. Hasil analisisnya
dewasa ini
telah mempunyai kegunaan prakatis untuk memcahkan masalah
anemie sel
sabit, yang ternyata disebabkan oleh formaso hemoglobin yang tidakk
normal. Pada
saat ini pra ilmuan telah mendapatkan petunjuk berharga untuk
memahami
rahasia kehidupan yang saling dalam.
Mempelajari mikrosmos benar-benar
menakjubkan dalam ukuran yang
sangat kecil
berorde Angtrum (10-10 m) bukan merupakan suatu hal yang sangat
aneh.
Kenyataan tersebut sama menariknya dalam dunia Makrokosmos dengan
ukuran yang
sangat besar berorde milyars, juga bukan merupakan sesuatu yang jarang. Setelah
Galileo (1564-1742) menemukan teleskop, makin banyak
benda langit
diketemukan,. Tetapi bukan berarti para ilmuwan sebelumnya tidak
mengamati
gerak-gerik tata surya. Keindahan benda-benda langit sangat menarik
perhatian.
Banyak teori yang telah dikemukakan
oleh para ilmuwan mengenai car
terbentuknya
tatsurya. Pada awal abad 20 salah satu teori menyatakan : bahwa
planet-planet
terbentuk dari sebagian bahan matahari yang terlempar keluar.
Disebabkan
karen bintang lain yang bergerak mendekati matahari, sehingga
terjadi gaya tarik bergerak mendekati matahari, sehingga terjadi gaya tarik dari
bintang yang
menyebabakan sebagian bahan matahari terlempar keluar, dan
membentuk
planet.
Lain halnya denga teori yang
dikemukakan oleh Immanuel Kant dan Laplace dan
disempurnakan
oleh Gerald P Kuiper dan CF Van Weiszacker sehingga disebut
dengan teori
Kondensasi. Teori Kondensasi mengatakan : Mula-mula ada kabut
gas hidrogen
dan debu, karena mendingin atau menyusut berputar makin lama
makin cepat,
lalu berbentuk bulat pipih seperti cakram. Kebanyakan bahan berada
ditengah dan
membentuk matahari, sedangkan yang keluar membentuk planet-
planet. Jika
tatsurya tersebut sesuai teori ini, tentu jagad raya atau alam semesta
ini terdapat
banyak tatsurya .setiap seribu bintang atau tatsurya.
Henri Becquerel pada tahun 1903
telah menemukan gejala radio aktif dari
Uranium,
sedangkan radioktivitasditemukan oleh suami istri Curie. Baru pada
tahun 1907
Lord Rurtherford berkeyakinan, bahwa laju pelapukan zat-zat
radioaktivitas
sangat teratur dan dinyatakan dalam waktu paruh.
Setiap atom
Uranium, ketika melapuk menjadi atom timbal yang stabil
meniggalkan
delapan atom helium. Bila laju pelapukan uranium diketahui maka
dapat
ditentukan umur suatu batuan. Dengan jalan mengukur banyaknya uranium
dan helium
yang terkandung dalam batuan tersebut. Setelah penemuan isotop
radioaktif
para ahli geokimia dapat menentukan umur batuan lebih teliti, dengan
cara
membandingkan waktu paruh unsur-unsurisotop radioaktif yang terkandung
dalam batu
tersebut.
Pada tahun 1946 Wilard F Libby:
mengamati bahwa setiap tumbuh-
tumbuhan
mengisap karbon (CO2) dan secara kimiawi membentuk menjadi
bagian
strukturnya. Tetapi bila tumbuhan itu mati C14 yang terkandung di
dalamnya akan
menjadi baku
dan melapuk secara radioaktif. Karena setiap
organisme
hidup mengandung karbon (C) maka metode Libby dapat digunakan
untuk
menentukan umur dari makhluk yang pernah hidup. Hal ini telah dibuktikan
kebenarannya
oleh para ahli arkeolog. Ketelitian metode Libby yang nyata telah
digunakan
pada saat menghitung umur makam raja Fir’aun. Bila dengan jalan
menghitung
unsur C diperkirakan berumur 3700 tahun kemungkinan salah 400
tahun. Dan
bila dilihat dari dokumen sejarah kurang lebih berumur 3800 tahun.
Ahli fisika yakin bahwa jagad raya
atau alam semesta ini berawal dari
unsur
Hidrogen, sedangkan unsur-unsur lainnya merupakan sintesis yang terjadi
di bagian
dalam planet-planet. Awal sintesis bumi diperkirakan 15 milyar tahun
yang lalu.
Berapa umur alam semesta? Ketika
alam semesta terbentuk, unsur
radioaktivitas
belum ada. Materi bukanlah merupakan materi seperti yang kita
kenal molekul
maupun atom, bahkan elektron dan proton yang kita pikirkan
sebagai bahan
dasar alam semesta, mungkin belum terbentuk seperti yang kita
kenal
sekarang. Dengan demikian pengukuran umur alam semesta dengan cara
pelapukanunsur
radioaktivitas suatu zat sangat tidak teliti.
Tetapi salah satu fakta sederhana
yang dikenal dan ditemukan setiap hari
dapat
diterapkan untuk memperkirakan umur jagat raya ini. Hukum fisika dapat
menerangkan
gejala penurunan frekuensi gelombang yang bergerak akan
menjauhi
pengamat dan sebaliknya bila benda mendekati pengamat akan
mengalami
kenaikan frekuensi gelombang,. Kebenaran effek Doppler dapat
dibuktikan
dengan jalan berdiri disisi rel kereta api yang sedang membunyikan
peluit.
Ketika api mendekat akan didengar nada peluit yang meninggi yang
frekuensinya
bertambah besar, seterusnya setelah kerta api menjauhi pengamat
akan didengar
nada peluit yang rendah yang berarti frekuensi menurun. Karena
cahaya juga
bersifat gelobang seperti halnya gelombang bunyi, maka benda langit
yang sedang
bergerak menjauhi frekuensi cahaya akan menurut bergeser ke warna
merah, tetapi
benda langit bergerak mendekati frekuensi cahayanya akan menaik
bergeser ke
warna ungu.
Bila effek Doppler diterapkan pada
suatu kenyataan lain, ialah kedudukan
galaksi
dewasa ini serta kecepatan menjauh pengamat, maka tidaklah sulit
menghitung
berapa tatasurya ini menempuh perjalanannya keluar. Kecepatannya
dapat
dihitung dengan jalan mengamati pergeseran frekuensi cahaya yang tampak.
Alam semesta
mula-mula dalam keadaan mampat, tidak mantap dan meledak
melemparkan
gumpalan besar dan melayang dari tempatnya. Mengembang
bergerak
menjauh. Maka terbentuklah galaksi, sebagian memadat menjadi planet-
planet. Bila
jarak antara galaksi dapat ditentukan, maka umur jagat raya atau alam
semsesta ini
dapat ditentukan. Dengan jalan membagi jarak dengan kecepatan
mengembangnya
mengembangnya. Emenurut perhitungan ilmu alam semesta ini
berkisar
antara sepuluh sampai dengan lima
belas miliar tahun.
Dalam sircuit balap mobil pada jalan
yang bertolak, dibuat miring.
Rancangan semacam ini untuk
mengimbangi gaya
sentrifugal ketika mobil bergerak mendekatinya. Telaah pasangan gaya dan kecepatan gerak
melingkar ipelajari dengan baik dalam hukum. Mekanika tentang gerak, demikian
pula menurut hukum interaksi gaya
tarik menarik pada benda langit yang dasarnya telah dikemukakan oleh Sir Isaac
Mewton (1645-1727) dan Johanes Kepler (1571-1650)
Jika
alam semesta dimulai dengan ledakan, maka pada saat meledak merupakan awal
perubahan, sehingga alam semesta memuai, tetapi gaya tarik menarik antar galaksi akan
memperlambat pemuaian itu, akhirnya berhenti dan bergerak ke arah sebaliknya,
ialah mengerut. Alam semesta bergerak kembali keadaan dasarnya, kemudian
meledak, lalu memuai. Peristiwa ini akan terulang kembali.
Jadi?
Mungkinkah alam semesta yang kita kenal saat ini merupakan pengulangan alam
semesta masa lampau?
Bangsa
Mesir telah memanfaatkan susunan bintang untuk menyusun penanggalan,
ssolah-olah melihat keabdian dan keteraturan bintang-bintang. Yang ternyata
bintang tersebut mengalami perubahan, evolusi dan kematian bila seperti halnya
bumi dan yang lainnya.
Kapankah
alam semesta ini berakhir?
Beberapa
perhitungan telah dilakukan dengan beberpa pengandaian yang ideal, tetapi
disadari masih perupakan materi yang belum terpecahkan secara pasti.
4. Teori Terbentuknya Alam Semesta
Alam semsta terdiri
mikrokosmos dan makrokosmos
a. Teori dentuman besar
(Big-bag Theory)
Teori ini berlandaskan dari
anggota adanya masa yang sangat besar dan
mempunyai berat jenis yang sangat
besar, meledak dengan dahsyat sebagai akibat dari reaksi inti. Kemudian masa
berserak dan mengembang dengan sangat cepat menjauhi pusat ledakan. Teori ini
didukung oleh pengamatan yang membenarkan bahwa galaksi-galaksi itu memang
bergerak menjauhi titik pusat yang sama. Setelah berjut-juuta tahun, masa yang
berserakan itu berbentuk kelompok-kelompok galaksi seperti yang terjadi
sekarang ini.
Menurut teori ini, ada beberapa
masa yang penting selama terjadinya alam semesta, yaitu :
- Masa batas dinding Planck, yaitu masa pada saat alam semesta
berumur 10-43 detik berdasarkan penghitungan Planck
- Masa Jiffi, yaitu pada saat alam semesta berumur 10-23
detik, dengan jari-jari alam semesta 10-13 cm dengan kerapatannya 1055
kali kecepatan air
- Masa Quark, yaitu masa pada saat alam semesta berumur 10-4
detik. Pada masa ini partikel-partikel saling bertumpang tindih dan tidak
berstruktur serta diikulti dengan terbentuknya Hadron yang mempunyai kerapatan
109 ton tiap cm3
- Masa pembentukan Lipton, yaitu masa pada saar alam semesta
berumur setelah 10-4 detik
- Masa Radiasi, yaitu pada masa saat alam semesta berumur 1 detik
sampai satu juta kemudian pada saat terbentuknya fusi hidrogen menjadi helium
mempunyai suhu 109 derajat Kelvin. Pada saat umur alam semesta
berumur 105 sampai 106 tahun mempunyai suhu 3000 derajat
Kelvin
- Masa pembentukan galaksi, yaitu pada usia alam semesta 108-109
tahun. Pada saat usia ini galaksi masih berupa kabut pilin yang berputar
membentuk piringan raksasa
- Masa pembentukan tat surya yaitu pada usia 4,6 x 109
tahun
b. Teori Ekspansi dan
Kontraksi
Setelah
diketahui radial galaksi-galaksi menjauhi umi yang dihubungkan
denga jarak galaksi-galaksi
dengan bumi dari hasil pemotretan satelit, maka
disimpulkan makin jauh jarak
galaksi terhadap bumi mkain cepat galaksi tersebut
bergerak menjauhi bumi.
Dalam
masa ekspansi (mengembang) terbentuklah galsi-galaksi dan
bintang-bintang. Ekspansi (pengembangan ini) didukung oleh
adanya tenaga
yang bersumber dari reaksi inti
hidrogen yang akhirnya akan membentuk
menyusutdengan mengeluarkan
tenaga berupa panas yang sangat tinggi.
Teori
dentuman besar maupun teori ekspansi dan kontraksi ternyata
mendukung teori yang menyatakan
bahwa partikel yang ada di zaman ini berasal
dari partikel yang ada pada zaman
dahulu. Berdasarkan teori ekspansi dan
kontraksi maka dapat diketahui
bahwa alam semesta tidak berawal dan tidak
berakhir.
c. Ahli-ahli Pengamat Makrokosmos
Galileo (1564-1642) ia dapat mengamati benda-benda makrokosmos
dengan teleskop yang
diciptakannya.
Immanuel
Kant dan Laplace menciptakan teori kondensasi.
Teori ini
kemudian disempurnakan oleh
Gerald P Kuiper dan CF. Van Wiszacker. Teori
kondensasi menyatakan bahwa
semula ada kabut gas dan debu (nebula). Karena
dingin menjadi menyusut, berputar
semakin cepat sehingga berbentuk pipih
seperti cakram. Kebanyakan bahan
berada ditengah dan membentuk matahari,
sedangkan bahan yang keluar
membentuk planet-planet. Andaikata tatasurya t
ersebut sesuai dengan teori ini,
tentulah alam semesta ini terdapat banyak
tatsurya.
d. Ahli-ahli Pengamat
Mikrokosmos
Robert
Hooke (1665) dengan mikroskop ciptaanya, ia melihat bahwa
gabus tersusun atas gelembung
berdinding, mirip sarang lebah yang disebut sel.
Gelembung-gelembung kecil itu
berisi bahan kehidupan.
Euglena
(organisme bersel tunggal) dapat diamati dengan mikroskop yang
diperbesar 1000 kali. Hasil dari
pengamatan itu ternyata dapat diterapkan pada
organisme tingkat seperti
manusia. Sehingga proses kehidupan dapat dipelajari.
Freicdrich
Miescher(1869) ahli bio kimia. Ia mampu memisahkan suatu
zat dari inti sel. Sekarang zat
itu dikenal dengan nama asam deoksiri bonykleat
(DNA) yang merupakan mata rantai
antara zat bernyawa dan tak bernyawa.
Maurice
Wikins (1950) ahli biofisika, meneliti rahasia kehidupan yang
menyangkut perbanyakan diri atau
berkembang, dengan bantuan kristalografi
sinar x untuk mengetahui struktur
DNA.
James
Waston (1953) ahli biologi dan Prancis Crickahli fisika. Menurut
struktur DNA merupakan pilin
rangkap yang terbelah menjadi dua.
Max
Perutz dan Jhon Kendrow mereka menganalisis dua protein yaitu
mioglobin dan hemoglobin. Dewasa
ini penemuannya berguna untuk
memecahkan masalah anemie sel
sabit,yang ternyata disebabka oleh formaso
hemoglobin yang tidak normal.
e. Ahli-ahli yang Meramalkan
Umur Alam Semesta
Lord Rutherford (1970)
Menurut
laju pelapukan zat radioaktif sangat teratur dan ia menyatakannya
dalam waktu penuh. Jika setiap
atom uranium melapauk menjadi atom timbul
yang stabil meninggalkan delapan
atom helium. Untuk mengetahui umur suatu
batuan, kita tinggal menghitung
atau mengukur banyaknya uranium dan helium
yang ada didalam batuan tersebut.
Sejak diketemukan isotop radioaktif, umur
batuan dapat ditentukan dengan
lebih teliti, dengan cara membandingkan waktu
paruh unsur-unsur isotop radio
aktivitas yang terkandung didalam batuan itu.
Willard F. Libby (1946)
Menurutnya setiap tumbuhan menghisap karbon dioksida
(CO2) dan secara kimiawi membentuk bagian strukturnya. Tetapi jika tumbuhan itu
mati C14 yang dikandungnya akan beku dan
lapuk secara radioaktif. Karena setiap organisme hidup mengandung karbon (C)
maka metode Libby dapat dipakai untuk menentukan umur dari makhluk yang pernah
hidup.
Mneurut
ahli fisika, alam semesta berawal dari unsur hidrogen, sedang unsur lainnya
sintesis yang terjaadi di dalam planet, awal sintesis bumi diperirakan 15
Miliar tahun yang lalu.
BAB IV
METODE ILMIAH, SIKAP ILMIAH
DAN LANGKAH – LANGKAH
OPERASIONAL METODE ILMIAH
- Metode Ilmiah
Pada
uraian di muka kita telah mengetahui adanya perkembangan pola piker
manusia di mulai dari zaman
babylonia ( kurang lebih 650 SM ) di mana orang percaya kepada mitos, ramalan
nasib berdasarkan ilmu perbintangan. Bahkan percaya adanya banyak dewa, ada
dewa angina, dewa matahari, dewa petir dan sebagainya. Pengetahuan itu mereka
peroleh dengan berbagai cara, antara lain:
(1)
Prasangka, yaitu suatu anggapan
benar padahal merupakan kemungkinan benar atau kadang – kadang malah tidak
mungkin benar.
Contoh: pada
zaman babylonia, orang prcaya bahwa hujan dapat turun dari surga sampai ke bumi
melalui jendela- jendelah yang ada di langit, dengan prasangka orang mengambil
keputusan yang keliru. Prasangka hanya berguna untuk mencari kemungkinan suatu
kebenaran
(2)
Intuisi, yaitu suatu pendapat
seseorang yang di angkat dari
perbendaharaan pengetahuanya terdahulu melalui suatu proses yang tak di
sadari, jadi, seolah – olah begitu saja muncul pendapat iitu tanpa di piker.
Pengetahuan yang di capai dengan cara demikian sukar di percaya, ungkapan-
ungkapan sering jg masuk akal namun belum tentu cocok dengan kenyataan
(3)
Trial and Error , yaitu metode
coba – coba atau untung – untungan. Cara ini dapat di ibaratkan sperti seekor
kera yang mencoba merahi pisang dalam sebuah kerangkeng dari percobaan kohler,
seorang psikolog jerman. Kera itu dengan cara coba – coba akhirnya dapat jg
meraih pisang dengan menngunakan tongkat.
Pengetahuan
pada manusia yang di peroleh melalui cara ini banyak sekali, yaitu sejak zaman
manusia purba sampai sekarang. Banyak pula penemuan hasil” trial and error”
sangat bermanfaat bagi manusia, misalnya, di temukanya rendaman kulit kina
untuk obat malaria. Penemuan dengan cara coba – coba ini jelas tidak efisien
sebagai suatu cara untuk mencari kebenaran.
Pada
zaman yunani orang cenderung untuk mengikuti ajaran dari para ahli piker
ataupun para penguasa. Namun, ajaran – ajaran ini ternyata banyak yang keliru
karena ahli – ahli piker itu terlalu mengandalkan atas pemikiran atau akal
sehat, dan kebenaran yang di anut itu adalah yang masuk akalnya. Contohnya,
setiap hari kita lihat matahari terbit dari timur lalu terbenanm di barat. Maka
masuk akallah bila di katakana bahwa matahari beredar mengelilingi bumi. Contoh
lain, bila kayu di bakar maka berubah menjadi api, uadara, dan abu ( tanah)
maka menurut akal sehat unsure dasar pembentuk kayu itu adalah tanah, api dan
udara.
Pengetahuan
yang di dapat dengan cara – cara tersebut di atas termasuk pada golongan
pengetahuan yang tidak ilmiah. Lalu bagaimanakah pengetahuan yang ilmiah atau
yang di sebut ilmu pengetahuan itu? Jawabanya singkat dari pertanyan tersebut
di atas adalah sebagai berikut:
Pengetahuan
di katakan ilmiah bila pengetahuan memenuhiempat syarat, yaitu: objektif ,
metodik, sistematik, dan berlaku umum.
- Objektif, artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya. Maksudnya adalah bahwa kesesuaian atau di buktikan dengan hasil pengindraan atau empiri
Contoh :
Galileo dapat di anggap tokoh perintis ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan
alam karena ia berani menentang kepercyaan yang ada pada masa itu berlawanan
dengan hasil pengamatanya. Ia mengjarkan kepada murid –muridnya untuk tidak
begitu saja ajaran aristoteles dan hendaknya melakukan esperimen serta membuat
kesimpulan atas hsil opservasinya itu. Singkatanya, Galileo mendambakan
kebenaran yang objektif atas dasar empiri.
- Metodik, artinya pengetahuan itu di peroleh dengan menggunaka cara – cara tertentu dan terkontrol
- sistematik , pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu system , tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lain yang berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh.
- berlaku umum , artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat di amati oleh seseorang atau oleh beberapa oranag saja, tetapi semua orang dengan cara esperimen tasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.
Contoh:
melalui teropongnya Galileo menemukan adanya gunung – gunung di bulan.
Pengetahuan ini tak hanya berlaku bagi Galileo tetapi setiap orang bila
menggunakan teropong yang sama dengan cara yang sama akan memperoleh
pengetahuan yang sama,yaitu bahwa di bulan ada gunung “
Di tijau dari sejarah cara berfikir
manusia, pada dasarnya terdapat dua cara pokok untuk memperoleh pengetahuan
yang benar, ialah
- cara yang di dasarkan pada rasio, paham yang di kembangkan di kenal dengan rasionlisme, dan cara yang di dasarkan pada pengalaman , paham yang di kembangkan di sebut empirisme.
a .
Rasionalisme
Dercartes
adalah pelopor dan tokoh rasionalisme. Menurut dia, rasio merupakan sumber dan
pangkal dari segala pengertian hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang
pada kebenaran dan dapt memberi pimpinan dalam segala jalan pikiran .
Dalam menyusun
pengetahuanya kaum rasionalis mempergunakan metode deduktif. Dasar pikiran yang
di gunakan dalam penalaranya di peroleh dari ide yang menurut anggapanya sudah
jelas, tegas dan pasti, dalam pikitran “ mengetahui” ide tersebut, tetapi
manusia tidak menciptakanya. Sbelum manusia berusaha untuk memikirkanya , ide
atau prinsib ini sudah ada.
Menurut
kaum rasionalis fungsi pikiran manusia hanyalah mengenai ide atau prinsip
tersebut, dan kemudian menjadi pengetahuanya . ide / prinsip yang sebelumnya
memang sudah ada dan bersifat apriori tersebut , dapat di ketahui manusia lewat
kemampuan berfikir rasionalnya. Menurut pengalaman mereka pengalaman tidak
menghasilakan prinsib , tetapi sebaliknya , dengan mengetahui prinsip yang di
peroleh lewat penalaran rasional, maka manusia dapat mengerti kejadian yang
terjadi atau yang berlaku dalam alam sekitarnya.
Masalah utama yang terdapat dalam
rasionalisme adalah evaluasi terhadap kebenaran dasar – dasar pemikiran atau
alasan – alasan yang di gunakan dalam penalaran deduktif. Dasar – dasar
penalarantersebut semuanya bersumber pada penalaran rasional yang bersifat
abstrak, terlepas dari segala pengalaman . dengan demikian , maka pemikiran
rasional cenderung untuk bersifat subjektif dan solipsistic, iyalah hanya benar
dalam kerangka pemikiran tertentu yang berada dalam otak orang yang berfikir
tersebut.
b.
Empirisme
Kaum empirisme
berpendapat bahwa pengetahuan manusia tidak di peroleh oleh penalaran rasional
yang abstrak, tetapi lewat pengalaman yang konkret.menurut anggapan mereka,
gejala – gejala alam bersifat dan dapat di nyatakan lewat tangkapan panca
indra. Bagi kaum empirisme , pernyatan ada dan tidaknya sesuatu harus memenuhi
persyaratan pengujian. Pengujian kebenaran – kebenaran dari fakta atau obyek
tersebut harus di dasarkan pada pengalaman manusia.
Kaum empirisme berpegang pada prinsip ke
serupaan. Pada dasarnya alam adalah teratur. Gejala – gejala alam berlangsung
dengan pola- pola tertentu. pengetahuan tentang alam di dasarkan pada persepsi
mengenai hal tersebut. Dengan mengetahui bagaimana sesuatu terjadi di masa
lalu, atau dengan mengetahui tingkah laku benda – benda tersebut sekarang, maka
kita dapat meramalkan kemungkinan tingkah lakunya di masa mendatang
Kaum empiris juga prinsip – prinsip
keserupaan, gejala – gejala berdasarkan pengalaman adalah identik atau sama,
maka dapat di buat kesimpulan yang bersifat umum mengenai hal tersebut. Dengan
demikian maka di mungkinkan menyusun pengetahuan yang berlaku terhadap gejala –
gejala yang bersifat individual
Dalam menyusun pengetahuan secara
empiris timbul berbagai masalah, di antaranya adalah bahwa pengetahuan yang di
kumpulkan tersebut cenderung merupakan kumpulan yang satu sama lainya belum
tentu cocok. Bahkan mungkin terdapat hal-hal yang kontradiktif dengan demikian
maka kumpulan fakta ataupun rangkaian dari bebagai fakta belum tentu menunjukan
pengetahuan yang sistematis.
Terdapat juga
masalah yang bersangkutan dengan hakekat pengalaman. Kaum empiris sendiri tidak
dapat memberikan jawaban yang meyakinkan tentang hakikat pengalaman ini,
merupakan stimulus panca indra, persepsi, ataukah sensasi. Mereka Merupakan
gejala yang di perolehdengan panca indra. Dapatkah panca indra ini diandalkan
sebagai alat yang nyata? Kita semua telah mengetahui bahwa kemanpuan panca
indrasangat terbatas dan tidak sempurna. Segala sesuatu yang di laporkan dari
hasil kerja panca indra ini tidak selalu benar.
- Sikap Ilmiah
Salah
satu aspek dalam mempeljari ilmu alamiah adalah pembentukan sikap ilmiah. Orang
yang berkecimpung dalam ilmu alamiah atau terbentuk sikap ilmiah yang anatara
lain:
- jujur
Seorang ilmuan wajib melaporkan
hasil pengamatanya secara obyektif, seorang ilmuan dalam kehidupan sehari hari
mungkin saja tidak lebih jujur dari manusia lainya tetapi dalam hal penelitian
ilmiah ada hal – hal yang memaksa pada ilmuan, yakni yang kita sebutfaktor
control.
Di samping control internal ada pula
control eksternal. Dalam hal ini ilmuan lain akan mengulangipenelitian ilmuan
pertama dengan kondidsi di buat serupa. Seterusnya ilmuan ketiga dapat pula
menguji penelitian di atas. Karena itu laporan ilmuan haruslah sejujur jujurnya
dan penelitian menjadi terbuka untuk pengulangan. Memeng seorang ilmuan harus
jujur dalam melaksanakan laporan penelitianya.
2) Terbuka
Seorang ahli endokkrinologi ( ilmu kelenjar dalam ) untuk hewan amfibia,
john cortelyou telah di pilih sebagai sekretaris suatu organisasi suatu yang
baru. Organisasi ini khusus di dirikan bagi ilimuan katolik. Tindakan pertama
yang di lakukan john cortelyou
Ialah
membubarkan organisasi itu. Waktu di mintak pertanggung jawaban ia berkata,
tidak ada kodok katolik di dunia ini”
Seorang ilmuan mempunyai pandangan
luas, terbuka, bebas dari praduga, ia meyakini bahwa prasangka, kebencian baik
pribadi maupun golongan dan pembunuhan adalah sangat kejam.ia tidak akan
berusaha memperoleh dugaanbagi buah pikiranya atau dasar prasangka. Ia akan
terus beruasaha mengetahui kebenaran tentang alam, materi, moral,politik,
ekonomi dan tentang hidup. Ia tidak akan meremehkan gagasan baru. Ia akan
menghargai setiap gagasan baru dan mengujinya sebelum di terimah atau di tolak.
Jadi ia akan terbuka akan pendapat orang lain
3) Toleran
Seorang ilmuan tidak merasa bahwa ia
paling hebat. Ia bahkan bersedia mengakui bahwa orang lain mgkin lebih banyak
pengetahuanya, bahwa pendapat mungkin aj salah, sedangkan pendapat orang lain
mgkin benar. Ia bersedia menerima gagasan orang lain setelah di uji. Dalam
usaha menambah ilmu ia berusaha belajar dari orang lain, memperbandingkan
pendapatnya dengan orang lain, ia tidak akan memaksakan pendapatnya dengan orang
lain, ia mempunyai tenggang rasa atau sikap toleran yang tinggi jauh dari sikap
angkuh
4) Skeptis
Ilmuan pencari kebenaran akan
bersikap hati – hati meragui, skeptes. Ia akan menyelidiki bukti – bukti yang
melatarbelakangi suatu kesimpulan, ia tidak akan sinis tetapi kritis untuk
memperoleh data menjadi dasar suatu kesimpulan tanpa di dukung bukti – bukti
yang kuat
Sikap skeptis ini perlu di
kembangkan oleh orang yang beniat memecahkan masalah . bila ia tidak kritis
mengenai setiap informasi yang ia
peroleh, mungkin ada informasi yang salah hingga menimbulkan akibat suatu
kesimpulan yang salah, karena itu, setiap informasi perlu di uji kebenaranya
perlu di cek informasi memerlukan verifikasi, setelah bukti – bukti cukup,
ilmuan baru boleh mengambil kesimpulan dan akhirnya memberikan keputusan.
5) Optimis
Seorang ilmuan selalu berpengharapan
baik, ia tidak akan berkata bahwa sesuatu itu tidak dapat di kerjakan tetapi
akan mengatakan, “ berikan saya sesuatu kesempatan untuk memikirkan dan mencoba
mengerjakan” ia selalu optimis
Rasa humor seorang ilmuan ada hubunganya tingkat kecerdasan maupun
sikap optimis seseorang. Jonh von neuman seorang ahli matematika di tugaskan
membuat computer untuk perhitungan yang di perlukan sewaktu membuat bom
hydrogen. Setelah selesai pesawat itu di serahkan dan di coba di gunakan, maka
alat itu iya beri nama mathematic analyzer, Numerical Integrator and computer,
di singkat MANIAC.
6) Pemberani
Ilmu merupakan hasil usaha keras dan
sifatnya personal. Ilmuan sebagai pencari kebenaran akan berani melawan semua
ketidak benaran, penipuan, kepura- puraan, kemunafikan, dan kebatilan yang akan
menghambat kemajuan.
Keberanian Copernicus, Galileo, dan
scrates telah banyak di ketahui orang. Copernicus dan Galileo di sisihkan karena
tidak mempercayai bahwa bumi adalah pusat alam semesta, tetapi menganggap
mataharilah yang menjadi pusat tempat bumi dan planet – planet lainya berputar.
Socrates memilih mati meminum racun daripada menerima hal yang salah.
Professor Peabody memberikan kuliyah
terakhir tentang “ perawatan orang sakit “kuliah ini sangat jelas, penuh rasa
belas kasih, sehingga berkali – kali di cetak ulang. Pada saat kuliyah itu ia
baru berumur 46 tahun, segar bugar kelihtanya.uraian kuliyahnya sangat berisi,
ceramat, dan di sampaikan dengan pasih. Pendengaranya tidak mengetahui bahwa di
balik ketenangan itu pea body menghidap kanker ganas yang telah di derita, di
tekuni, dan di pahami spenuh arti medis mengenai setiap gejala kanker yang di
alaminya, sehari sebelum ia meninggal ia menulis sendiri menulis laporan
penyakitnya itulah ketabahan ilmuan yang dapat di tunjukanya.
7) Kreatif
Ilmuan dalam
mengembangkan ilmunya kreatif.louis Al-Veres, ilmuan fisika Berkeley juga pemanin golf mengkreasi’
analisator strobes kop’ untuk meningkatkan cara bermain golf. Dengan alat itu
pada pemukulan golf fase-fase gerak dapat dipeljari setiap pukulan dapat di
teliti. Kepada presiden Eisen Hower, yang juga terkenal pemain golf, yang
menghadiahkan alat serupa sejak itu ia memegang peten untuk pembuatan
analisator stroboskop tadi
Sifat – sifat yang tersebut di atas
menunjukan kepada kita arah tujuan yang hendak di capai seseorang yang hendak
menumbuhkan sikap ilmiah pada dirinya . tidak seorangpun di lahirkan memiliki
sikap ilmiah. Mereka yang telah berperoleh sikap itu telah berbuat dengan usaha
yang sungguh – sungguh.
Jiwa dari sikap ilmiah , sebagaimana
jiwa sikap – sikap yang lain mungkin di resapi lebih dari pada yang di ajarkan
jiwa atau semangat itu sering di dapatkan dari pergaulan seseorang dengan
seseorang yang telah berhsil, mengembangkan semngat itu dalam hidupnya. Kecuali
dari pengalaman bergaul , sikap itu dapat di tumbuhkan dan di bentuk dengan
membaca riwayat hidup ( bio grafi ) atau lebih baik tulisan- tulisan ilmuan
besar dunia. Dengan membaca bio grafi mereka, anda akan mendapatkan dorongan
dan minat baru karena di samping mengetahui keberhasilan mereka, anda akan
melihat kelemahan manusia walaupun ilmuan besar sekalipun. Anda mendapatkan
keuntungan dari kekurangan mereka dan meniru kebesaran mereka.dengan
mempelajari kehidupan orang itu , anda akan menghargainya dan penghargaan itu
hanya karena mereka tetep mnusiawi anda akan mengetahui keberhasilan sikap
ilmiah sebagai suatu pendekatan untuk memecahkan masalah, walaupun sikap itu
tidak anda kembangkan secara sempurna.
Anda sangat di anjurkan membaca beberapa biografi ilmuan besar yang
telah menyumbangkan karyanya bagi kesejahteraan umat manusia, sperti misalnya :
Pasteur marie curie, issac newton, Archimedes, eistein, Galileo, Lavoisier,
mendelejef Rutherford,bohr, pauling, kopernicus, Harvey,mendel, fleming, dan
sebgaiya. Perkembanagan sains adalah akibat kegiatan manusia seperti mereka itu
Ilmu pengetahuan alam kualitatif dan kuantitatif
Telah
kita ketahui bahwa penemuan penemuan
yang di dapat oleh Copernicus sampai Galileo pada awal abad ke 17 merupakan
perintis ilmu pengetahuan.artinya ialah bahwa penemuan – penemuan itu di
dasarkan empiris dengan metrode induksi yang objektif dan bukan atas dasar
deduksi filosofis sperti zaman yunani atau berdasarkn mitos sperti pada zaman
babylonia. Penemuan penemuan itu misalnya aja bahwa di bulan terdapat gunung-
gunung , Jupiter mempunyai empat buah bulan, di matahari terdapat bercak hitam
yang dapat di gunakan untuk mengukur kecepatan rotasi matahari dan sebagainya.
Penemuan –
penemuan semacam ini kita sebut sebagai ilmu pengetahuan alam yang sifatnya
kualitatif ilmu pengtahuan alam yang kualitatif ini tidak dapat menjawab
pertnyaan yang sifatny kausar atau hubungan sebab akibat , ilmu pengetahuan
alam kualitatif itu hanya menjawab pertanyaan tentang hal” yang sifatnya
factual. Unruk memperoleh jawaban dari pertanyaan tentang hal – hal yang
sifatnya kausar di perlukan hitungan secara kuantitatif.
Contoh :
seseorang memelihara bebek dengan makanan tradisional biasa, bebek bertelur 15
butir dalam sebulan. Kemudian orang itu menambhkan keong racun sebagai makanan
tambahan bagi bebeknya ternyata lebih banyak dari 20 butir sebulan. Dari
kenyataan ini belum dapat di tarik kesimpulan adanya pengaruh penanbngan keong
racun itu terhadap kenaikan jumlah telur bebek, karena masih bersifat kasus,
artinya mungkin asaja itu sesuatu kebetulan terjadi pada seekor bebek ( kasus
).
Namun
apabila percobaan ini dilakukan terhadap 1000 ekor bebek dan 999 ekor bebek
berkelakuan seperti kasus tersebut diatas, maka kemungkinan besar bahwa memang
benar itu berlaku umum sehingga dapat disimpulkan bahwa memang ada pengaruhnya
penambahan makanan keong racun terhadap jumlah telur yang dihasilkan.
Kesimpulan
yang dapat ditarik berdasarkan induksi ( eksperimentasi ) dan deduksi (
perhitungan matematik atau statistik . Jadi, ilmu pengetahuan dalam kuantitatif
adalah ilmu pengetahuan alam yang dihasilkan oleh metode ilmiah yang didukung
oleh data kuantitatif dengan menggunakan statistic. Ilmu pengetahuan alan
kuantitatif ini dapat disebut juga sebagai ilmu pengetahuan alam modern.
- Langkah-langkah Operasional Metode Ilmiah
Salah satu
syarat ilmu pengetahuan ialah bahwa pengetahuan materi itu harus
diperoleh melalui metode ilmiah.
Ini berarti bahwa cara memperoleh pengetahuan itu menentukan apakah pengetahuan
itu termasuk ilmiah, yaitu yang bercirikan objektivitas, konsisten dan
sistematik.
Langkah-langkah
operasionalnya adalah sebagai berikut :
- Perumusan Masalah
Yang dimaksud
masalah disini adalah merupakan pertanyaan apa, mengapa ataupun bagaiman
tentang objek yang diteliti. Maslah ini harus jelas batas-batasnya serta
dikenal factor-faktor yang mempengaruhinya.
- Penyusunan Hipotesis
Yang dimaksud
hipotesis adalah suatu pernyataan yang menunjukkan kemungkinan-kemungkinan
jawaban untuk memcahkan masalah yang telah ditetapkan. Dengan kata lain,
hipotesis merupakan dugaan yang tentu saja didukung oleh pengetahuan yang ada.
Hipotesis juga dapat dipandang sebagai jawaban sementara dari permasalahan yang
harus diuji kebenarannya dalam suatu observasi atau eksperimentasi.
- Pengujian HIpotesis
Yaitu berbagai
usaha mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang telah
diajukan untuk dapat memperlihatkan apakah fakta-fakta yang mendukung hipotesis
tersebut atau tidak. Fakta-fakta ini dapat diperoleh melalui pengamatan
langsung dengan mata atau melalui teleskop atau dapat juga melaluui uji coba
atau eksperimentasi, kemudian fakta-fakta ini dikumpulkan melalui pengindraan.
- Penarikan Kesimpulan
Penarikan
kesimpulan didasarkan atas penilaian melalui analisis dari fakta-fakta ( data
), untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan itu diterima atau tidak.
Hipotesis itu dapat diterima bila fakta0fakta yang dikumpulkan itu mendukung
pernyataan hipotesis. Bila fakta-fakta tidak mendukung , maka hipotesis ini
ditolak. Hipotesis yang diterima merupakan suatu pengetahuan yang kebenarannya
telah diuji secara ilmiah dan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan.
Keseluruhan
langkah-langkah tersebut diatas harus ditempuh melalui urutan yang teratur,
dimana langkah yang satu merupakan landasan bagi langkah berikutnya. Dari
keterangan-keterang tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan
yang disusun secara sistematis, berlaku umum dan kebenarannya telah teruji
secara empiris. Dimana kesimpulan itu didasarkan juga bagaimana baiknya
kesimpulan itu cocok dengan gagasan sebelumnya.
Di dalam ilmi
alamiah suatu kesimpulan bersifat sementara(tentatife). Kesimpulan adalah
sesuatu yang harus diuji. Pengujian-pengujian seperti itu memerlukan data
tambahan. Dengan demikian generalisasi baru akan diperoleh, dan terjadilah
proses yang berkesinambungan, secara terus menerus dan dengan demikian akan
diperoleh kemajuan.
Suatau
generalisasi akan diuji dengan perhitungan apa yang akan terjadi bilaman
generaliasasi itu benar dan kemudian dilakukan observasi, apakah perkiraan itu
dibenarkan oleh pengalaman. Walaupaun generalisasi telah dibuktikan
kebenarannya, generalisasi itu boleh dianggap sebagai suatu hokum., sampai
generalisasi itu benar-benar telah menunjukkan bahwa semua generalisasi lain
yang mungkin akan tidak berlaku terhadap pengujian berdasarkan pengalaman itu.
Bagaimana
dapat diperoleh guna pengujian terhadap generalisasi tersebut? Data ( catatn
obsevasi secara teliti ) dapat diperoleh dengan observasi bebas (bare observation) yaitu observasi yang
dilakukan dalam kondisi yang tidak terkendali (uncontrolled observation) dan dengan kedua observasi eksperimental
(Experimental observasion) yaitu observasi yang dilakukan dalam kondisi
terkendali (Controlled condition).
Walaupun data
ilmu alamiah dimungkinkan dapat dihasilkan dari observasi bebas, pengalaman
menunjukkan bahwa ilmu alamiah berkembang dengan baik bilmana data obsevasi
sperti tiu dilengkapi dengan data eksperimen. Eksperimen dilakukan karena
kemampuan observasi kita biasanya begitu tidak sempurna atau pengalamn itu
sangat terbatas.
Data yang
diperoleh dianggap sah apabila kedua observasi itu dapat diulangi oleh
pengamatan yang lain. Kecermatan dan kejujuran merupakan persyaratan bagi
pencari kebenaran.
Data yang
diperoleh dari observasi tersebut dikumpulkan, dipilih, disusun dan
dikelompokkan dengan hasil bahwa keteraturan tertentu atau generalisasi menjadi
tampak jelas. Berdasarkan atas perturan yang demikian itu. Adapun menurut
menurut Drs. Maskoeri Jasin langkah-langkah penerapan metode ilmiah itu ada
tiga yaitu :
1)
Menentukan dan memberikan batasan kepada masalah
Masalah yang
dihadapi atau ditemukan ketika mengadakan kontak dengan fakta dan gejala alam
harus diketahui dengan pasti. Kemudian disusun suatu rumusan yang tepat akan
masalahnya. Ini akan memberi bantuan dalam mencari jalan menemukan data, yakni
fakta-fakta yang terorganisasi yang relevan untuk memecahkan masalah itu. Pengalaman
menunjukkan bahwa sering kali kita telah mengumpulkan data tanpa mengetahui
dengan tepat masalah yang kita hadapi secara benar.
2)
Menentukan Hipotesis atau rumusan pemecahan masalah yang bersifat
sementara
Adapun
dua pendekatan untuk memperoleh hipotesis, atau dugaan yang mungkin benar yaitu
rumusan atau pernyataan untuk memcahkan masalah. Pendekatan pertama, yang
disebut pendekatan Induksi, diawali dengan pengumpulan data yang didapat dari
observasi dan kemudian menggunakan data itu sebagai dasar perumusan hipotesis
(jamak hipotesa). Metode Deduktif, sebagai pendekatan yang kedua, dimulai
dengan hipotesis, bukan dari pengumpulan data. Jadi pendekatan deduktif itu
merupakan lawan dari pendekatan induktif., keduanya akan saling melengkapi.
3)
Menguji dan mangadakan
verifikasi kesimpulan
Salah satu unsur keberhasilan ilmu alamiah dasar
dalam memecahkan masalah ialah tidak menerima kesimpulan-kesimpulannya sendiri,
tidak memandang bagaimana dapat dipercaya atau luasnya data sampailah kita pada
suatu generalisasi atau sifat keteraturan, yaitu suatu pernyataan umum
berhubung dengan perilaku yang umum bagi sejumlah besar hal (kasus).
Genralisasi itu sekadar menyatakan apa yang kita harapkan akan terjadi dlam
kondisi tertentu karena generalisasi itu selalu terjadi dalam kondisi tersebut.
Bila kondisi baru diketemukan, pernyataan umum yang disebut hukum akan di
revisi untuk memperhitungkan pula kondisi itu.
Tidak
ada pendapat manusia yang sempurna, karena itu tidak ada generalisasi yang
dianggap sempurna, walaupun generalisasi itu berdasarkan data yang sangat
sempurna. Semua generalisai keilmuan dapat diselidiki secara kritis oleh banyak
peneliti, dan dalam kondisi tertentu mungkin generalisasi itu tidak benar.
Generalisasi yang tahan terhadap ujian waktu dan pengalaman, diterima sebagai
hal yang benar dan disebut hukum. Kebanyakan hukum telah revisi bila ada
informasi yang diperlihatkan.bahwa hukum-hukum itu tidak tepat atau kurang
mencukupi.
Hukum
sipil dapat diubah atau dihapuskan. Seseorang dapat saja berlaku berlawanan
dengan hukum atau aturan-aturan tanpa mendapat hukuman. Dan dalam kenyataannya
sukar sekali hidup tanpa melawan hukum itu. Hukum sipil memrlukan dukungan
pendapat publik agar hukum bisa berlaku efektif. Hukum sipil mencakup suatu
perintah atau kewajiban sedagkan hukum keilmuan merupakan suatu pernyataan,
uraian dan bukan suatu perintah.
4)
Keterbatasan dan Keunggulan
Metode Ilmiah
a)
Keterbatasan
Dengan
metode ilmiah dapat dihasilkan pengetahuan yang ilmiah. Kita telah mengetahui
bahwa data yang digunakan untuk mengambil kesimpulan itu berasal dari
pengamatan. Kita mengetahui pula bhahwa panca indra kita juga mempunyai
keterbatasan kemampuan untuk menangkap suatu fakta sehingga kita disangsikan
lagi bahwa fakta-fakta yang dikumpulkan adalah keliru sehingga kesimpulan yang
diambil dari fakta-fakta yang keliru itu juga akan keliru. Jadi, kemungkinan
keliru dari suatu kesimpulan ilmiah atau denga kata lain kebenaran ilmu
pengetahuan termasuk ilmu pengetahuan alam (IPA) bersifat tentatif. Artinya
sebelum ada kebenaran ilmu yang dapat menolak kesimpulan itu, maka kesimpulan
itu dianggap benar. Sebaliknya, kesimpulan ilmiah yang dapat menolak kesimpulan
terdahulu menjadi kebenaran ilmu yang baru, sehingga tidak mustahil suatu
kesimpulan ilmiah bisa saja berubah sesuai perkembangan ilmu pengetahuan itu
sendiri. Tidak demikian halnya dengan pengetahuan yang didapat dari wahyu
Illahi. Kebenaran dari pengetahuan ini bersifat mutlak, artinya tidak akan
berubah sepanjang masa.
Metode ilmiah
memang tidak sanggup menjangkau untuk menguji adanya Tuhan:
metode ilmiah juga tidak dapat menjangkau untuk membuat
kesimpulan berkenaan dengan baik dan tidak buruk atau sistem niali, juga tidak
dapat enjangkau tentang seni dan keindahan.
b)
Keunggulan
Seperti
telah dijelaskan dimuka cir khas ilmu pengetahuan (termasuk IPA) yang sifatnya
objektif, metodik sistematik dan berlaku umum itu akan membimbing kita pada
sikap ilmiah yang terpuji sebagai berikut :
1.
Mencintai kebenaran yang objektif,
bersikap adil dan itu semua menjurus kearah hidup yang bahagia
2.
Menyadari bahwa kebenarab ilmu itu
tidak absolut, hal dapat menjurus kearah mencari kebenaran itu terus menerus
3.
Dengan ilmu pengetahuan, orang
lalu tidak percaya pada tahayul, astrologi merupakan untung-untungan karena
segala sesuatu di alam semesta ini terjadi melalui suatu proses yang teratur
4.
lmu pengetahuan membimbing kita
untuk tidak berfikir secara prasangk, tetapi berfikir secara terbuka atau
objektif, suka menerima pendapat orang lain atau bersikap toleran
5.
metode ilmiah membimbing kita
untuk tidak percaya begitu saja pada suatu kesimpulan tanpa ada bukti yang
nyata
6.
Metode ilmiah juga membimbing kita
selalu bersikap optimis, teliti dan berani membuat suatu pernyataan yang
menurut keyakinan ilmiah kita adalah benar
Syukron jazakalloh khoironkatsiron.... terima kasih
BalasHapus